Pengikut

Rabu, Julai 28, 2010

DOSA warisan Kristian dan hantar pahala muslim

WARISAN dosa merupakan akidah dalam agama kristian.  Dosa Nabi Adam dan Hawa yang melanggar larangan Allah di syurga menjadi bebanan seluruh manusia sepanjang zaman.  Ertinya, kita yang tidak menganut agama Kristian juga dibebani dosa Nabi Adam kerana kita adalah keturunan Nabi Adam.  Kemudian Allah yang sangat Penyayang menjelmakan dirinya sebagai Jesus (versi Islam adalah Nabi Isa), lahir ke dunia untuk membasuh dosa keturunan ini.  Lantaran itulah Jesus merelakan dirinya disalib sehingga mati demi membasuh dosa ini. Dengan tersalibnya Jesus, menurut akidah Kristian lenyaplah dosa keturunan ini.  Mesejnya di sini ialah berdasarkan agama Kristian, dosa orang lain dibebankan kepada kita!  Dosa atau kesalahan boleh dipindahkan dari satu keturunan manusia ke keturunan manusia yang lain, dari satu zaman ke satu zaman yang lain

kubur muslim dan Kristian berjiran!

Adakah Islam menerima konsep dosa yang diwariskan atau diberikan kepada generasi kemudian? Tidak. Adakah Islam memberikan hak manusia yang masih hidup mengirimkan dosanya kepada orang lain yang telah lama mati? Tidak.

Perhatikan pula, adakah Islam menerima konsep pahala kebajikan orang zaman dahulu diwariskan kepada generasi sekarang atau kemudian?  Ada yang tidak berani mengatakan ya atau tidak.  Lagi, adakah Islam memberikan hak kepada manusia zaman kini untuk menyerahkan pahala amal ibadahnya kepada generasi muslim terdahulu?  Masih tidak dapat menjawabnya.  Yang tidak berani menjawabnya kerana bingung. 

Pada asalnya semua muslim menolak konsep dosa warisan dalam akidah Kristian sehingga sesiapa muslim yang menerima konsep dosa warisan itu bermakna akidahnya lebur!  Apabila ditanyakan konsep pahala warisan dalam Islam, bingung sebab sebagian sudah menjadi adat dan diterima sebagai agama bahawa pahala manusia generasi sekarang boleh dipindahkan kepada generasi terdahulu.

Apabila berlaku kontroversi seperti ini, eloklah kembali kepada al-Quran, jika kita masih beriman dengan sebenar-benarnya dengan wahyu Allah ini. Saya catatkan satu contoh ayat Allah dalam surah al-Fusilat ayat 46 ertinya: Sesiapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan sesiapa yang berbuat kejahatan, maka (dosanya) menjadi tanggungan diri sendiri.  Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hambanya.

Padankanlah konsep dosa warisan dalam akidah kristian dan adat menghulur pahala kepada generasi terdahulu oleh umat Islam sekarang terhadap ayat al-Quran di atas.

Akan banyak bertanya semula: Adakah kami selama ini bersalahan dengan ayat Allah itu?  Adakah tuan guru kami tidak faham ayat al-Quran?  Jawabnya mudah, jika berlaku pertentangan antara Allah dan sesiapa juga, jawabnya Allah yang menang! Muktamad.

Emmm, ada kaedah lain untuk mengatakan firman Allah di atas salah?  Saya berlepas diri daripada pemikiran seperti itu.

12 ulasan:

  1. Marilah kita meneliti dalil-dalil dan pandangan ulama pakar mengenai pahala orang yang membaca ayat Al-Qur’an, juga anjuran-anjuran untuk membaca surat Yaasin, surat Al-Ikhlas dan lainnya pada orang-orang yang akan atau sudah wafat. Dengan demikian buat pembaca lebih jelas lagi bahwa bacaan yang dibaca (didalam majlis-majlis dzikir termasuk tahlilan/ yasinan dan lainnya) pasti akan mendapatkan pahala dari Allah swt., jadi bukan sebaliknya akan mendapat dosa dan sebagainya sebagaimana yang dikatakan oleh golongan pengingkar .
    Ibn Mas’ud ra berkata: Rasulallah saw. bersabda:
    عَنِ ابْنِ مَسْعُود(ر) ِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله.صَ. مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ الله فَلَهُ حَسَن,
    وَالحَسَنَة بِعَشْرِ أمْثَالِهَا, لآ أقوْلُ الم حَرْفٌ, بَلْ ألِفْ حَرْفٌ, وَلاَمْ حَرْفٌ وَمِيْم حَرْفٌ. (رواه الترميذي)
    “Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka mendapat hasanat/ kebaikan dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat sepuluh kali. Saya tidak berkata: Alif lam mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.(HR. Attirmidzy).
    Lihat Hadits ini siapa yang membaca al-Qur’an akan dilipatkan pahala setiap hurufnya menjadi sepuluh kali. Pahala apa yang akan diberikan Allah swt. setiap hurufnya itu tidak ada keterangan yang jelas. Untuk lebih mudahnya kita ambil misal saja, bila pahala yang diberikan Allah swt. untuk satu huruf tersebut (misalnya sudah kita ketahui) yaitu berupa satu pohon di surga dan Dia akan melipatkan 10x pahalanya berarti kita akan memperoleh 10 pohon untuk setiap hurufnya, jadi kita bisa hitung sendiri berapa pohon yang akan kita peroleh hanya dengan bacaan surat Fatihah saja?. Ingat Rahmat dan Kurnia Allah swt. tidak ada batasnya. Jangan kita sendiri yang membatasinya !
    Mari kita teruskan membaca dalil-dalil mengenai pembacaan Al-Qur’an yang bermanfaat bagi orang yang akan atau sudah wafat berikut ini :
    ‘Bacalah Yaa Siin bagi orang-orang yang (akan atau telah) meninggal diantara kalian (muslimin)’.
    Riwayat serupa oleh Abu Hurairah ra juga telah dicatat oleh Abu Ya’la dalam Musnad beliau dan Hafidz ibn Katsir telah mengklasifikasikan rantai periwayatnya (sanadnya) sebagai Hasan/baik (lihat Tafsiir Ibn Katsiir Juz 3 hal. 570).
    Al-Baihaqi dalam Sya’bul Iman menjelaskan sebuah hadits riwayat Mi’qal bin Yasar bahwa Rasulallah saw. bersabda :
    مَنْ قَرَأ يَس إبْتِغَاء وَجْه اللهِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ , فَاقْرَؤُاهَاعِنْدَ مَوْتَاكُمْ.
    “Barangsiapa membaca Yaa Sin semata-semata demi keridhaan Allah, ia memperoleh ampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu. Karena itu hendaklah kalian membacakan Yaa Sin bagi orang yang (akan atau telah) wafat diantara kalian (muslimin)”. (Hadits ini disebutkan juga dalam Al-Jami’us Shaghier dan Misykatul Mashabih).
    Ma’aqal ibn Yassaar ra meriwayatkan bahwa Rasulallah saw. bersabda;
    “Yasin adalah kalbu (hati) dari Al-Qur’an. Tak seorang pun yang membacanya dengan niat menginginkan Akhirat melainkan Allah akan mengampuninya. Bacalah atas orang-orang yang (akan dan telah) wafat diantaramu.” (Sunan Abu Dawud). Imam Hakim mengklasifikasikan hadits ini sebagai Shohih/ Autentik, lihat Mustadrak al-Haakim juz 1, halaman 565; lihat juga at-Targhiib juz 2 halaman 376.
    Hadits yang serupa juga diriwayatkan oleh Hafidz As–Salafi (Mukhtasar Al-Qurtubi hal. 26).
    Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad-nya dengan sanad dari Safwaan bahwa ia berkata: “Para ulama biasa berkata bahwa jika Yaasin dibaca oleh orang-orang yang akan wafat, Allah akan memudahkan maut itu baginya.” (Lihat tafsir Ibnu Katsir jild 3 halaman 571).

    BalasPadam
  2. Dari Jund bin Abdullah ra. meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barang siapa membaca Surat Yaasin pada malam hari dengan niat mencari ridha Allah dosa-dosanya akan diampuni” (Imam Malik bin Anas, dalam kitabnya Al Muwattha’). Ibnu Hibban menshohihkannya (lihat shohih Ibn Hibban jilid 6 halaman 312, juga lihat At Targhiib jilid 2 hal. 377).
    Lihat hadits ini pahala tertentu bacaan Yaasin Allah swt akan mengampuni dosa-dosa si pembacanya. Manfaat pengampunan ini yang selalu diharapkan oleh setiap Muslimin !!
    Riwayat serupa dari Abu Hurairah ra juga dicatat oleh Abu Ya’la dalam Musnadnya dan Ibnu Kathir telah mengklasifikasikan rantai perawinya sebagai Hasan/baik. (Lihat tafsir Ibnu Katsir jilid 3 hal.570).
    Syaikh Muhammad Al-‘Arabi At-Tibani, seorang ulama Masjidil Haram dalam risalahnya yang berjudul Is’aful Muslimin wal Muslimat bi Jawazil Qira’ah wa Wushulu Tsawabiha Lil Amwat mengatakan membaca Al-Qur’an itu dapat sampai kepada arwah orang yang telah meninggal.
    Juga mengenai fadhilah/pahala membaca surat Al-Ikhlas, Abu Muhammad As-Samarkandy, Ar-Rafi’i dan Ad-Darquthni, masing-masing menunjuk sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib kw bahwa Rasulallah saw. bersabda:
    Ma’aqal ibn Yassaar ra meriwayatkan bahwa Rasulallah saw. bersabda;
    مَنْ مَرَّ عَلَى المَقَبِرِ وَقَرَأ قُلْ هُوَا الله اَحَدٌ إحْدَ عَشَرَةَ مَرَّةٌ, ثُمَّ وَهَـبَ أجْرُهَا لِلأَمْوَاتِ , أعْطِي مِنَ الأجْرِ بِعددِ الأمْوَات
    “Barangsiapa lewat melalui kuburan, kemudian ia membaca ‘Qul Huwallahu Ahad’ sebelas kali dengan niat menghadiahkan pahalanya pada para penghuni kubur, ia sendiri akan memperoleh pahala sebanyak orang yang mati disitu (atau mendapat pahala yang diperoleh semua penghuni kubur)”.
    Berdasarkan riwayat surat Yaasin yang cukup banyak maka ulama-ulama pakar atau orang-orang lainnya yang memegang hadits-hadits ini, mengamalkannya baik secara individu atau berkelompok sebagai amalan tambahan. Hadits-hadits diatas mengenai keistemewa an dan pahala-pahala tertentu surat Yaasin.
    Mari kita rujuk lagi hadits-hadits mengenai pahala-pahala dan keistemewaan tertentu surat Al-Qur’an selain surat Yaasin. Walaupun kita setiap hari membaca berulang-ulang hanya satu surat saja dari Al-Qur’an tersebut akan tetap dapat pahala bagi yang membacanya karena termasuk ayat Al-Qur’an dan tidak ada satu hadits atau ayat Ilahi yang melarang orang membaca hanya satu ayat dari Al-Qur’an. Dan tidak ada satu orang pun dari kaum muslimin yang mengamalkan ini berkeyakinan atau mengatakan bahwa Al-Qur’an itu hanya terdiri dari satu ayat yang dibaca itu saja serta mengharuskan/mewajibkan orang membaca hanya ayat itu saja !

    BalasPadam
  3. Golongan pengingkar ada yang mengatakan bahwa Ibnul Qayyim berkata : “Barangsiapa membaca surat ini akan diberikan pahala begini dan begitu semua hadits tentang itu adalah Palsu ! Beliau dengan alasan bahwa orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah mengakuinya sendiri bahwa tujuan mereka membuat hadits palsu tersebut adalah agar manusia sibuk dengan membaca surat-surat tertentu dari Al Qur’an serta menjauhkan mereka membaca isi Al Quran yang lain ” !!!
    Umpama saja Ibnul Qayyim benar berkata demikian, ini juga bukan suatu dalil/hujjah untuk melarang membaca ayat-ayat tertentu dari ayat Al-Qur’an, karena tidak sedikit hadits yang menyebutkan keistemewaan tertentu dan pahala tertentu pada ayat-ayat Al-Quran, dengan demikian pendapat Ibnul-Qayyim terbantah dengan hadits-hadits tentang bacaan surat Yasin diatas dan surat-surat lain berikut ini :
    Hadits dari Abu Sa’id ra bahwa Nabi saw bersabda: ‘Apakah kalian sanggup membaca sepertiga (1/3) Qur’an dalam satu malam?’ Rupanya hal itu memang terasa berat bagi mereka, maka jawab mereka: ‘Siapa pula yang akan sanggup melakukan itu diantara kami, ya Rasulallah!’. Maka sabda Nabi saw ’Allaahul wahidus shamad ’ maksudnya surat Al Ikhlas adalah sepertiga dari Al- Qur’an”. (HR.Bukhori, Muslim dan An-Nasa’i)
    Ada riwayat yang serupa dari Abu Hurairah ra yang diriwayatkan oleh Muslim.
    Lihat hadits diatas ini termasuk juga sebagai pahala tertentu, siapa baca sekali surat Al-Ikhlas sudah memadai seperti baca sepertiga ayat dari Al- Qur’an. Disini tidak berarti kita mengharuskan dan hanya membaca surat Al-Ikhlas saja, seperti isu-isu belaka golongan pengingkar ini !
    Hadits dari Abu Sa’id Al Khudri ra bahwa Nabi saw bersabda: ‘Adanya Rasulallah saw. berlindung dari gangguan jin dan mata manusia dengan beberapa do’a, tetapi setelah diturunkan kepadanya Almu’awwidatain (Surat Al-Falaq dan An-Naas), beliau saw. membaca keduanya itu dan meninggalkan segala do’a-do’a lainnya’. (HR At Tirmidzi)
    Hadits diatas ini menunjukkan dua surat (Al-Falaq dan An-Naas) mempunyai keistemewaan tertentu juga, bisa menghalangi dan menolak gangguan jin dan mata manusia. Juga mendapat pahala yang membacanya. Disini tidak berarti orang mempunyai firasat bahwa Al-Qur’an hanya terdiri dari surat Al-Falaq dan An-Naas saja dan kita hanya diharuskan membaca dua surat tersebut serta menjauhi ayat Al-Qur’an lainnya !
    Hadits dari Abu Mas’ud Al Badry ra berkata, bersabda Nabi saw: ‘Siapa yang membaca dua ayat dari akhir surat Al-Baqoroh pada waktu malam telah mencukupinya’. (HR.Bukhori dan Muslim).
    Kata-kata telah mencukupinya dalam hadits itu berarti ia telah terjamin keselamatannya dari gangguan syaithon pada malam itu. Ini juga termasuk keistemewaan tertentu dari dua ayat terakhir dari surat Al Baqoroh (yaitu dimulai dari Aamanar Rosuulu bimaa unzila ilaihi ayat 285…sampai akhir ayat al Baqoroh Disini tidak berarti orang mempunyai firasat bahwa Al-Qur’an hanya terdiri dari surat Al-Baqoroh dan kita hanya diharuskan membaca surat tersebut serta menjauhi ayat Al-Qur’an lainnya!

    BalasPadam
  4. Hadits dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: ‘Didalam Qur’an ada surat berisi tiga puluh ayat dapat membela seseorang hingga diampunkan baginya yaitu Tabarokalladzi Biyadihil Mulku (surat Al-Mulk)’. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)
    Hadits ini menunjukkan keistemewaan dan pahala tertentu juga bahwa siapa yang membacanya akan dapat membelanya dan mengampunkan dosanya ! Pahala pengampunan ini sangat diharapkan oleh semua kaum muslimin. Disini tidak berarti orang mempunyai firasat bahwa Al-Qur’an hanya terdiri dari surat Al-Mulk saja dan kita hanya diharuskan membaca surat tersebut serta menjauhi ayat Al-Qur’an lainnya !
    Hadits dari Abu Hurairah ra Nabi saw bersabda: ‘Jangan kamu menjadikan rumahmu bagaikan kubur (hanya untuk tidur belaka), sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqoroh’. (HR.Muslim)
    Hadits ini juga mempunyai keistemewaan tertentu Al-Baqoroh bisa mengusir setan dari rumah kita. Disini tidak berarti orang mempunyai firasat bahwa Al-Qur’an hanya terdiri dari surat Al-Baqoroh saja dan kita hanya diharuskan membaca surat tersebut serta menjauhi ayat Al-Qur’an lainnya !
    Hadits dari Abu Darda ra, Sabda Rasulallah saw : ‘Siapa yang hafal sepuluh ayat dari permulaan surat Al-Kahfi, akan terpelihara dari godaan fitnah Dajjal’. (HR.Muslim). Dalam lain riwayat: ‘Sepuluh ayat dari akhir surat Al Kahfi’.
    Hadits ini menunjukkan keistemewaan tertentu yaitu siapa yang dapat menghafal dan membacanya dari ayat tersebut, terhindar dari fitnahan Dajjal. Disini tidak berarti orang mempunyai firasat bahwa Al-Qur’an hanya terdiri dari 10 ayat dari surat Al-Kahfi saja dan kita hanya diharuskan membaca surat tersebut serta menjauhi ayat Al-Qur’an lainnya!
    Dan masih banyak lagi mengenai keistemewaan dan pahala tertentu mengenai Ayat Kursi, ayat Al-Fatihah (Ummul Kitab/ibunya Qur’an), mengenai keutamaan mengucapkan Laa ilaaha illallah, membaca Tasbih, Takbir dan Sholawat atas Nabi saw. dan sebagainya yang tidak saya sebutkan satu persatu disini. Juga pahala-pahala tertentu amalan-amalan puasa, sholat dan sebagainya.
    Apakah semua hadits-hadits keistemewaan dan pahala tertentu tersebut diatas yang diriwayatkan oleh perawi-perawi terkenal adalah hadits palsu ? Apakah dengan adanya hadits-hadits tersebut, orang mempunyai firasat hanya harus membaca ayat-ayat tertentu itu dan meniadakan ayat Al-Qur’an lainnya ? Sudah Tentu Tidak !
    Pandangan yang demikian itu menunjukkan kedangkalan ilmu serta kefanatikan golongan pengingkar ini terhadap fahamnya sendiri sehingga semua hadits yang tidak sefaham dengan mereka dianggap tidak ada, palsu, lemah dan melarang dan lain sebagainya ! Saya berlindung pada Allah swt.. dalam hal ini.

    BalasPadam
  5. Amalan orang hidup yang bermanfaat bagi si mayit
    Mari kita telaah lagi amalan orang hidup yang bermanfaat bagi si mayit. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas ra berkata:
    وَعَنِ ابْنِ عَبَّـاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُـمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ .صَ. يَقُوْلُ مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ
    فَيَقُوْمُ عَلَى جَنَـازَتِهِ أرْبَعُوْنَ رَجُلاً لاَ يُشْرِكُوْنَ بِاللهِ شَيْئًا اِلاَّ شَفَّعَهُمُ اللهُ بِهِ (رواه مسلم)
    Saya telah mendengar Rasulallah saw. bersabda: ‘Tiada seorang muslim wafat, maka berdiri menyembahyangkannya empat puluh (40) orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, melainkan dapat dipastikan Allah menerima syafa’at dan permintaan ampun mereka itu’. (HR. Muslim)
    Hadits dari Martsad bin Abdullah Alyazani berkata:
    وَعَنْ مَرْثََـدِ ابْنِ عَبْدِاللهِ اليَزَنِيِّ (ر) قَالَ: كَانَ مَالِكُ بْنُ هُبَيْرَةَ اِذَا صَلَّى عَلَى الْجَنَازَةِ فَتَقَالَّ النَّاسَ
    عَلَيْهَا جَزَّئَهُمْ ثَلاَثَةَ أجْزَاءٍ ثًمَّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ اللهِ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ ثَلاَثَةُ صُفُوْفٍ فَقَدْ أوْجَبَ (رواه ابو داود و الترميذي)
    “Adalah Malik bin Hubairoh jika menyembahyangkan jenazah dan melihat orang-orangnya hanya sedikit, maka dibagi mereka tiga (3) baris, kemudian ia berkata: Rasulallah saw. bersabda: ‘Siapa yang disembahyangkan oleh tiga barisan, maka telah dapat dipastikan’ ”. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)
    Maksud kata-kata dapat dipastikan dalam hadits itu ialah pasti diampunkan mayitnya dan Allah akan menerima syafa’at dan permohonan mereka.
    Hadits dari Abu Hurairah berkata: “Ada seorang tukang sapu masjid, pada beberapa hari tidak terlihat oleh Rasulallah saw. sehingga beliau bertanya tentang orang itu. Dijawab; Ia telah wafat. Nabi bersabda: Mengapakah kamu tidak memberitahu padaku? Tunjukkan padaku kuburannya. Maka orang-orang menunjukkan kepada Nabi saw. kuburan tukang sapu itu, dan disitu Nabi sholat mayat (jenazah). Kemudian setelah sholat bersabda: Sesungguhnya kubur-kubur ini tadi penuh kegelapan, dan Allah telah menerangi padanya dengan sholatku pada mereka”. (HR.Bukhori, Muslim)
    Hadits-hadits diatas ini menunjukkan juga bahwa seorang yang telah wafat masih dapat tertolong oleh bantuan amalan orang yang masih hidup, dan yang demikian ini terserah pada Allah, karena rahmat Allah dan kurnia-Nya tidak terbatas. Juga hadits terakhir diatas menunjukkan dibolehkannya orang yang ketinggalan sholat jenazah untuk bersholat didepan kuburannya. Ini berlaku untuk semua muslimin karena dihadits itu tidak disebutkan sholat jenazah ditempat kuburan tersebut hanya khusus berlaku untuk Nabi saw. Beliau saw. adalah contoh bagi ummatnya, bila itu dilarang atau khusus untuk beliau saja, maka beliau saw. pasti akan memberitahunya ! Semuanya ini menunjukkan bahwa do’a itu manfaatnya sangat banyak baik untuk orang yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Allah swt. sendiri telah menjanjikan siapa yang berdo’a kepada-Nya pasti akan dikabulkannya. Firman-firman Allah swt. agar manusia selalu berdo’a baik untuk dirinya maupun untuk lainnya : “Dan Tuhanmu berfirman; ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu’ ”. (Al- Mu’min :60).

    BalasPadam
  6. Firman-Nya: “Dan seandainya hamba-hambaKu bertanya padamu (Muhammad) mengenai Aku, maka sesungguhnya Aku ini Maha dekat. Aku akan mengabulkan permohonan dari orang yang berdo’a, jika ia berdo’a pada-Ku”. (Al-Baqoroh : 186)
    Juga firman Allah swt.: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdo’a; Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami ”. (Al-Hasyr:10)
    Ibnu Hajr dalam kitabnya Khatimatul Fatwa mengatakan bahwa manfaat terbesar yang dapat diperoleh dengan do’a ialah orang yang berdo’a tidak akan dikecewakan sama sekali. Bila takdirnya bergantung pada do’a, maka ia akan melihat manfaat do’anya, namun bila takdirnya itu tidak bergantung pada do’a maka manfaat do’a adalah ganjaran pahala, karena do’a termasuk ibadah.
    Sedangkan hadits-hadits Rasulallah saw. yang berkaitan dengan do’a berikut ini :
    Hadits dari Salman Farisi bahwa Rasulallah saw. bersabda; ‘Tidak dapat menolak gadha/takdir (Allah swt.) kecuali do’a’, dan tidak bisa menambah umur kecuali kebaikan !” (HR.At-Tirmidzi).
    Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh Bazzar dan Thabrani juga oleh Hakim yang menyatakan isnadnya sah dari Aisyah ra. bahwa Rasulallah saw. bersabda:
    “Tidak mempan (tidak bisa menolak) sikap berhati-hati terhadap takdir, sedang do’a itu akan memberi manfaat, baik terhadap hal-hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Dan sungguh, malapetaka itu turun, lalu disambut oleh do’a, maka bergulatlah keduanya sampai hari kiamat”.
    Maksud hadits itu ialah Allah swt. bisa merubah takdir malapetaka yang akan dikenakan pada hamba-Nya dikarenakan do’a hamba itu kepada-Nya.
    Masih banyak lagi ayat Ilahi dan hadits Rasulallah saw. mengenai do’a ini yang tidak bisa kami kemukakan satu persatu disini. Kita dibolehkan berdo’a apa saja kepada Allah swt. yang penting dalam kebaikan, tetapi bacaan atau kalimat do’a yang terbaik ialah yang diajarkan oleh Rasulallah saw. termasuk disini ialah bacaan/kalimat do’a pada waktu sholat jenazah atau waktu ziarah kubur. Sudah tentu dalam sholat jenazah atau ziarah kubur kita dibolehkan membaca do’a selain yang diajarkan oleh Rasulallah saw. yang terpenting semua ini terfokus (tertuju) untuk mohon pengampunan bagi si mayat. (info: berdo’a pada waktu sholat banyak ahli fiqih mengatakan harus berbahasa Arab, bila tidak bisa membatalkan sholatnya).
    Ini semua sunnah Rasulallah saw. serta menunjukkan bahwa si mayit itu masih bisa menerima syafa’at dari amalan orang lain yang masih hidup. Dengan demikian isi dan inti do’a dalam sholat jenazah dan ziarah kubur ialah mohon ampunan untuk si mayit, ampunan ini adalah salah satu syafa’at dan manfaat yang besar serta selalu diharapkan oleh setiap muslimin.
    Ingat sekali lagi, jangan melihat cara atau bagaimana orang melakukan suatu amalan, tapi lihatlah apakah amalan tersebut melanggar yang telah digariskan oleh syari’at Islam atau tidak?

    BalasPadam
  7. Begitu juga halnya dalam majlis tahlilan/yasinan (baca keterangan selanjutnya) tujuan utama setelah membaca ayat-ayat Al-Qur’an, tasbih, tahmid, sholawat pada Nabi saw. dan sebagainya adalah membaca do’a pada Allah swt. khusus untuk si mayyit. Semua bacaan dzikir yang dibaca dalam majlis ini sudah pasti akan mendapat pahala, banyak hadits yang meriwayatkannya.
    Kalau ada ulama yang mengatakan bahwa membaca hal-hal tersebut berdosa, haram dan tidak mendapat pahala, ini hanya fitnahan-fitnahan ulama dari kalangan orang yang tidak senang menghadiri majlis dzikir tersebut, serta omongan mereka ini tidak berdasarkan dalil. Ingat sekali lagi bahwa membaca dzikir dan do’a ini tidak diperlukan waktu, tempat dan cara-cara tertentu yang disyariatkan, jadi bebas setiap waktu hanya pembacaan Al-Qur’an-nya saja (menurut para ulama ahli fiqih) yang mempunyai syarat-syarat tertentu, umpamanya wanita yang sedang haidh atau orang yang sedang junub (suami isteri belum bersuci setelah berkumpul) itu dilarang membaca ayat-ayat Al Qur’an.
    Beliau saw. juga menganjurkan kita untuk ziarah kubur dan mengajarkan kalimat-kalimat salam dan do’a untuk ahli kubur tersebut. Disini tidak ada bedanya orang yang baru wafat atau sudah lama wafat semuanya adalah mayit. Karena mayyit itu bisa mendengar salam dan bacaan kita tersebut sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Rasulallah saw.. Pendengaran mereka itu lebih tajam dari pendengaran kita yang masih hidup ini. Begitu juga tidak ada larangan dalam syari’at untuk membacakan Al-Qur’an, dan berdo’a untuk mayat baik waktu baru di kubur, waktu ziarah kubur maupun setiap waktu baik habis sholat atau lainnya.

    BalasPadam
  8. amal yang dilakukan sendiri adalah hak sendiri dan yang si fulan lakukan adalah pahalanya untuk si fulan. begitu juga keburukan, dosanya untuk si pelaku. Allah yang menyatakan dalam surah fishilat ayat 46: Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hambanya.

    Apakah ayat itu masih bermaksud kalau kita beramal tetapi pahalanya dapat diberikan kepada orang lain?

    BalasPadam
  9. dalam tafsir ibnu katsir surah al-fathir ayat 18, beliau menulis mengenai Imam Syafie yang mengatakan pahala bacaan orang tidak sampai kepada si mati.

    selain ayat berkenaan, ayat yg memberi maksud sama ialah ayat 123 surah al-baqarah.

    jadi bukanlah orang yang mengatakan pahala bacaan quran tidak sampai kepada si mati bukan atas pikiran sendiri2, bukan juga ijtihad orang biasa.

    wallahu aklam

    BalasPadam
  10. Maksud ayat 18 surah al-Fatir, “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikitpun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka juga melaksanakan solat. Dan barang siapa mensucikan dirinya, sesungguhnya dia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah tempat kembali.”

    BalasPadam
  11. Catatan di bawah hasil kajian seseorang, baik kita lihat untuk diteladani.


    1. Pendapat Imam Syafie rahimahullah.

    Imam Nawawi menyebutkan di dalam kitabnya, Syarah Muslim iaitu,

    "Adalah bacaan al-Qur'an (yang pahalanya dikirimkan kepada mayat), maka pendapat yang masyhur dalam mazhab Syafie ialah amalan tersebut tidak akan sampai kepada mayat. Sebagai dalilnya, imam Syafie dan para pengikutnya mengambil daripada firman Allah SWT (yang bermaksud), "Dan seseorang itu tidak akan memperoleh melainkan pahala daripada daya usahanya sendiri."

    Serta dalam sebuah sabda Nabi Sallallahu `alaihi wasallam yang bermaksud, "Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputuslah segala amal usahanya kecuali tiga daripada amalnya, sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak (lelaki atau perempuan) soleh yang berdoa untuk si mati" (an-Nawawi, Syarah Muslim : juz 1 hal; 9)

    Lagi daripada imam Nawawi di dalam kitab Taklimatul Majmu', Syarah Muhazzab ada mengatakan,


    "Adalah, membaca al-Qur'an dan mengirimkannya sebagai pahala untuk seseorang yang mati dan menggantikan sembahyang* untuk seseorang yang mati atau sebagainya adalah tidak sampai kepada mayat yang dikirimkan menurut jumhurul ulama dan imam Syafie. Keterangan ini telah diulang beberapa kali oleh imam Nawawi di dalam kitabnya, Syarah Muslim"

    (as-Subuki, Taklimatul Majmu', Syarah Muhazzab: juz 10, hal; 426)

    *Menggantikan sembahyang untuk si mati bermaksud menggantikan sembahyang yang telah ditinggalkan oleh si mati semasa hidupnya.

    2. Al-Haitami di dalam kitabnya, al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah, berkata sebagai,

    "Bagi seseorang mayat, tidak boleh dibacakan kepadanya apa-apa pun berdasarkan keterangan yang mutlak dari ulama Mutaqaddimin (terdahulu) iaitu baca-bacaan yang disedekahkan kepada si mati adalah tidak akan sampai kepadanya kerana pahala bacaan tersebut pembaca sahaja yang menerimanya. Pahala yang diperolehi hasil daripada sesuatu amalan yang telah dibuat oleh amil (orang yang beramal) tidak boleh dipindahkan kepada orang lain berdasarkan sebuah firman Allah yang berbunyi, "Dan manusia tidak memperolehi kecuali pahala dari hasil usahanya sendiri."

    (Al-Haitami, al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyah : juz 2, hal; 9)

    3. Imam Muzani, di dalam Hamisy al-Umm, juga berkata,

    "Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam telah memberitahu sebagaimana yang telah pun diberitakan daripada Allah bahawa dosa seseorang akan menimpa dirinya sendiri seperti halnya sesuatu amal yang telah dikerjakan adalah hanya untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain dan ia tidak dapat dikirimkan kepada orang lain."

    (Tepi al-Umm as-Syafie : juz 7, hal ; 269)

    4. Imam al-Khazin di dalam tafsirnya mengatakan,

    "Dan yang masyhur di dalam mazhab Syafie adalah, bahawa bacaan al-Qur'an (yang pahalanya dikirimkan kepada mayat) adalah tidak dapat sampai kepada mayat yang dikirimkan" (Al-Khazin, al-Jamal : Juz 4, hal ; 236)

    5. Di dalam tafsir Jalalain telah disebutkan seperti berikut,

    "Maka seseorang tidak akan memperolehi pahala sedikit pun dari hasil usaha orang lain." (Tafsir Jalalain : juz 2, hal ; 197)

    6. Ibnu Katsir di dalam tafsirnya, Tafsirul Qur'anil Azim telah menafsirkan surah an-Najm ayat 39 sebagai,

    "Iaitu, sebagaimana dosa seseorang tidak boleh menimpa ke atas orang lain, begitu juga halnya seseorang manusia juga tidak boleh memperolehi sebarang pahala melainkan daripada hasil usaha amalannya sendiri.

    Dan daripada surah an-najm ayat 39 ini, Imam Syafie r.a dan para ulama yang mengikutnya telah mengambil kesimpulan bahawa, sebarang pahala bacaan yang dikirimkan kepada mayat adalah tidak akan sampai kepadanya kerana amalan tersebut bukan daripada hasil usahanya sendiri. Oleh sebab itu, Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam tidak pernah menganjurkan umatnya agar mengamalkan (pengiriman tahlil atau doa selamat). Baginda juga tidak pernah memberikan bimbingan sama ada dengan nas atau berupa isyarat di dalam hal tersebut.

    BalasPadam
  12. Saya ucapkan terima kasih atas sumbangan maklumat dalam semua respon. Untuk makluman tuan2, saya telah mengalami percambahan hujah ini sejak tahun 1986 lagi, bukan baru setahun dua. Ini saya mula2 pelajari di sebuah madrasah di Kuala Pilah. Jadi salahlah jika ada yang mendakwa saya ini mujtahid. Saya orang kampung saja.

    Dan kerana telah lama dan meneliti hujahan kedua-dua belah pihak, saya terima hujahan yang dikira paling kuat terutama yang didasari ayat-ayat al-Quran. Sebab itulah saya menyatakan ayat2 alquran sebagai dasar pemahaman saya. Kalau tidak ada ayat2 alquran ini, saya akan meneruskan saja pemahaman nenek moyang yang sedia ada.

    Saya hendak beri hujah akal pula. Ini hujah sampingan, yang hendak dibuang pun boleh. Hanya akal! Saya percaya Islam agama yang membawa keadilah. Sebagaimana semua ayat alquran yang saya nyatakan, keadilan yang saya fahami ialah: Setiap orang hanya menerima balasan baik atau buruk berdasarkan amalan masing-masing. Jika saya menerima pemahaman orang-orang mati dapat menerima manfaat daripada ibadah dan kebajikan yang dilakukan oleh orang hidup, bermakna itu sudah melanggar prinsip diri sendiri bertanggung jawab terhadap perbuatan masing2.

    Kerna pemahaman orang mati boleh mendapat manfaat daripada hasil ibadah orang hidup, sekarang orang mula berfikir untuk menebus dosa atau menambah koleksi pahala arwah keluarganya. Caranya dengan memberi upah kepada orang2 yang sanggup beribadah yang pahala ibadahnya diserahkan kepada arwah. Sekurang2nya setiap satu kes tahlilan upahnya RM10.00. Dan ada yang mengupah orang pandai mengaji quran RM3000.00 untuk khatam 30 juzuk, yang pahalanya dihantar kepada si mati.

    Jika begitu, kita tak dapat menghalang orang kaya daripada mengupah sekian banyak orang pandai agama mengkhatamkan bacaan quran asalkan bacaan itu dapat dimanfaatkan oleh si mati. Maka di mana keadilan kepada orang2 miskin yang tidak mampu mengupah orang membacakan alquran kepada arwah keluarganya. Ini juga seolah2, pahala itu boleh ditentukan dengan banyaknya wang! Saya tidak percaya ini ajaran Islam.

    Terpulanglah kepada tuan2 menilai semua maklum balas saya. Pada saya Islam tidak menyuruh umatnya beramal tanpa pengetahuan atau bertaklid saja. Adalah menjadi hak kepada setiap individu muslim beribadah berdasarkan ilmunya.

    Jika pun hal ini masih dalam perbincangan, ini meragukan kepada orang awam seperti saya. Jika kita membuka ayat 36 surah al-Isra, cukuplah bahawa kita boleh meninggalkan perkara yang kita sendiri tidak jelas lagi. Maksud ayat itu “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak ketahui. Kerna pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabkan.”

    Wallahu ‘aklam

    BalasPadam