Pengikut

Isnin, Ogos 17, 2015

REVOLUSI merdeka Indonesia berdarah!



HARI ini 17 Agustus hari kemerdekaan Indonesia.  Indonesia memproklamasikan kemerdekaan sebaik saja Jepun keluar dari Indonesia.  Belanda datang mahu memerintah semula semua wilayah asal jajahan. Maka berlaku perang revolusi kemerdekaan. 

Saya catatkan sebagian cerita perang kemerdekaan di Sumatera Barat yang ditulis oleh salah seorang pejuang revolusi kemerdekaan, al-Marhum Buya Hamka. Catatannya dalam Tafsir al Azhar berkait tafsir ayat-ayat awal surah al-Anfaal. Izinkan saya memetik catatan perjuangan berdarah demi kemerdekaan tanah air itu.

“…teringat penulis tafsir Al Azhar ini suatu hal yang pernah kejadian pada 17 haribulan Januari 1949, seketika tentara Kolonial Belanda melancarkan serangan dan serbuan besar kepada Republik Indonesia yang berjuang mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

“Belanda telah mendapat tahu dari spion-spionnya bahawa di Situjuh (Payakumbuh) sedang bermesyuarat beberapa pemimpin Gerilya Republik.  Tempat itu segera mereka kepung, pada malam hari dan mereka tunggu sampai siang hari supaya mudah menangkap hidup atau membunuh pemimpin-pemimpin itu.

“Setelah pahlawan-pahlawan yang  terkepung itu bangun pagi-pagi hendak mengambil air sembahyang, untuk sembahyang Subuh, seorang di antaranya melihat musuh telah mengepung tempat persembunyian mereka itu dan moncong senapang telah dihadapkan kepada mereka.  Musuh bersorak menyerukan agar mereka menyerah.  Tetapi tidak seorang juapun yang berniat hendak menyerah, bahkan hendak melawan.  Melawan sambil lari meninggalkan tempat itu.  Tetapi karena ketatnya kepungan, baru saja mereka bergerak keluar, mereka telah dihujani dengan tembakan dari segenap penjuru, sehingga hanya beberapa orang saya yang bisa berlepas diri, lari dengan sembunyi-sembunyi dari satu selokan air.  Maka tewaslah 9 orang di antara mereka. Di antaranya ialah Bupati Harisun. Pimpinan Pertahanan Rakyat Khatib Sulaiman, Letnan Munir Latif dan Sersan Tantawi Mustafa.”

Demikianlah harga kemerdekaan yang dibayar dengan darah, agar anak bangsa  yang hidup kemudian hari dapat menikmati kebebasan hidup bernegara sebagai bangsa merdeka dan berdaulat seperti bangsa-bangsa lain di dunia.


Kepada mereka yang terkorban demi maruah agama dan negara, kita doakan semoga Allah mengampuni dan merahmati mereka!


Kekal merdeka.

Sabtu, Ogos 08, 2015

PROVOKASI berbuat kejahatan, apa pilihan kita?

foto hiasan

TIDAK ada hari yang terlepas daripada mencabar keindahan hidup beragama. Orang berusaha menjaga iman agar bertaqwa, namum setiap waktu ada sahaja cabaran besar yang menggoda jiwanya untuk terjun dalam kancah keburukan atau terus memilih jalan taqwa.

Sifat-sifat negatif, yang buruk, berdosa dan jalan hidup yang haram di sisi Allah terbentang luas.  Malah sebagaian orang sudah dan sedang menjayakan perkara-perkara buruk itu sekalipun sebagai orang yang beragama.  Apakah pilihan sebagai muslim yang mencari jalan pulang terbaik di sisi Allah?

Maksud ayat 133-136 surah Ali ‘Imran, “Dan bersegeralah kamu mencari keampunan daripada Tuhanmu dan mendapatkan syurga yang luasnya seluas antara langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.  (iaitu) Orang yang berinfak sama ada pada waktu lapang atau sempit, orang yang menahan kemarahannya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.  Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.

“dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingati Allah, lalu memohon keampunan atas dosa-dosanya.  Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah?  Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.  Balasan bagi mereka adalah ampunan dari Tuhan mereka dan syurga-syurga yang ada sungai-sungai mengalir di bawahnya.  Mereka kekal di dalamnya.  Dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.”

Semoga kita tidak terpedaya dengan godaan duniawi yang jelas berlawanan dengan kehendak-kehendak Allah dan rasul-Nya.

Maksud ayat 32 surah Al An’aam, “Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu sungguh lebih baik bagi orang yang bertaqwa.  Tidakkah kamu mengerti?”


Wallahu ‘aklam

Sabtu, Ogos 01, 2015

MENGUMPAT ahli politik atau jiran tetangga, sama saja dosanya!

SURAH Al-Hujurat  ayat 12 (maksudnya), “Wahai orang-orang beriman, jauhilah banyak buruk sangka, sesungguhnya sebagian buruk sangka adalah dosa, jangan mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan menggunjing (mengumpat) sebagian yang lain…..”

Ayat di atas bukan ayat metafora, yang punya maksud lain daripada yang nyata begitu.  Jelas di situ larangan Allah.  Larangan Allah bermakna hukum haram. Hukum haram di ayat itu ialah ‘buruk sangka, mencari-cari salah orang lain dan mengunjing orang’. Menggunjing orang ialah menceritakan kisah orang lain bukan di tempat yang dibenarkan (mahkamah).

Namun itulah yang banyak sedang berlaku sekarang. Semuanya kerna keserakahan ahli-ahli politik mahu berkuasa. Pengikut-pengikutnya tentu saja meneruskan kerja-kerja buruk atas nama perjuangan rakyat, demokrasi dan kebebasan.  Lihatlah orang-orang yang duduk di warung kopi bicara buruk peribadi pemerintah negara. Anak-anak belasan tahun melepaskan ayat-ayat penghinaan terhadap pemimpin negara walhal mereka tidak tahu apa pun urusan birokrasi dan pentadbiran.  Semua atas nama kebebasan bersuara dan jiwa memberontak.

Mengapa sebagian masyarakat muslim jadi bobrok begitu, pada saat dikatakan semakin banyak parti dan NGO tumbuh berasaskan Islam?  Jawabnya ialah sebagian yang menjadipemimpin organisasi yang dikatakan Islam itu sendiri adalah ahli-ahli politik berakidah demokrasi barat: Kebebasan rakyat bersuara!  Kepada mereka ayat-ayat al-Quran yang disebut ialah untuk mengumpul massa dalam organisasinya, dan mentarbiyah mereka mengenai kesatuan dalam organisasi. Kepada muslim di luar organisasinya, semua dianggap munafik atau fasik.  Sebab itu anak kecil dan remaja yang baru mendengar kuliah agama, berani mencerca dan membuat tuduhan palsu atas orang lain yang tidak dalam organisasinya (kabilahnya).

Sayang sekali, sebab sesiapa yang mencela atas nama suci pun tidak terlepas daripada ancaman Allah dan rasul-Nya.  Tidak ada perbedaan sikap dan perkataan yang dilepaskan. Tidak ada keharusan disebabkan musim berpolitik dan keharaman disebabkan jiran tetangga. Kanjeng Nabi s.a.w. membayangkan muflis atau bangkrap di akhirat kelak. Tapi hadis Nabi s.a.w.  ini sangat tidak disukai oleh orang yang mulutnya tidak dapat dibendung lagi. 

Sabda Nabi sallallahu alaihi wasallam maksudnya: “Tahukah kalian, siapa orang yang muflis itu?” Jawab sahabat-sahabatnya,  “Orang yang muflis dalam kalangan kami ialah seseorang yang tidak mempunyai dirham dan tidak pula mempunyai harta-benda!”

Jelas Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya seorang yang muflis dalam kalangan umatku ialah seseorang yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa pahala-amalan solat, puasa dan zakat; dan kedatangannya itu sesudah ia mencaci-cela orang lain, membuat tuduhan palsu (fitnah), memakan harta, mencedera, dan memukul orang lain,  maka pahala kebaikannya itu akan diberikan kepada orang yang dianiayainya itu, dan apabila pahala kebaikannya habis sebelum selesai hutangnya maka orang-orang yang telah dianiayaai itu akan diambil dosa-dosa mereka lalu dibebankan ke atasnya pula, dan kemudian itu ia dicampakkan kedalam api neraka.”
(HR Muslim, no:4684)

Kepelikan masyarakat kita: Bab makanan sangat teliti jika ada unsur babi, dalam bab politik tidak ada ketelitian seperti mencari makanan yang halal.


Wallahu ‘aklam