Pengikut

Khamis, Disember 29, 2016

SYIRIK dan bid'ah - jalan syaitan


SUATU ketika  Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,

خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’  kemudian beliau membaca,

{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}

‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)

Para imam tafsir menjelaskan bahwa pada ayat ini, Allah Tabaraka wa Ta’ala menggunakan bentuk jamak ketika menyebutkan jalan-jalan yang dilarang manusia mengikutinya, yaitu {السُّبُلَ}, dalam rangka menerangkan cabang-cabang dan banyaknya jalan-jalan kesesatan. Sedangkan pada kata tentang jalan  kebenaran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan bentuk tunggal dalam ayat tersebut, yaitu {سَبِيلِهِ}. karena memang jalan kebenaran itu hanya satu, dan tidak berbilang.  (Sittu Duror, hal.52).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dan ini disebabkan, karena jalan yang mengantarkan (seseorang) kepada Allah hanyalah satu. Yaitu sesuatu yang dengannya, Allah mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Tiada seorangpun yang dapat sampai kepada-Nya, kecuali melalui jalan ini” (Sittu Duror, hal.53).

Jika Anda ingin tahu apa itu jalan kebenaran yang hanya ada satu tersebut? Jawabannya adalah jalan yang pernah ditempuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, itulah satu-satunya jalan yang bisa mengantarkan seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menjelaskan bahayanya tidak mengetahui jalan kebenaran ini, beliau mengatakan,

الجهل بالطريق و آفاتها و المقصود يوجب التعب الكثير، مع الفائدة القليلة

“Ketidaktahuan terhadap jalan kebenaran ini dan rintangan-rintangannya, serta tidak memahami maksud dan tujuannya, akan menghasilkan kepayahan yang sangat, disamping itu faedah yang didapatkanpun sedikit” (Sittu Duror, hal. 54). 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan jalan yang lurus tersebut dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِيْ

“Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu. Jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku” (Diriwayatkan Imam Malik dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Sumber: http://muslim.or.id/25459-jalan-kebenaran-hanya-satu-1.html

Ahad, Disember 25, 2016

HARI NATAL vs akidah muslim

Foto hanya hiasan
HARI Natal Nasrani itu tanggal 25 Disember. Hari Natal itu hari agung, penuh kebesaran dan kemegahan kepada penganut agama Nasrani. Orang Nasrani itu mengatakan menyembah tuhan iaitu Allah. Itu sama seperti umat Islam yang menyembah Allah sebagai Tuhan yang menguasai segala-gala yang ada dalam alam ini.

Muslim kental berakidah Allah Dialah satu-satunya Tuhan, yang tidak menyamai dengan apa-apa pun yang pernah dipikirkan oleh manusia. Oleh itu apabila umat Nasrani mengatakan Allah itu tiga ialtu Allah bapa, Allah anak iaitu Yesus (Nabi Isa) dan Allah bundanya Yesus, ini sangat berlawanan dengan ayat-ayat al-Quran bahwa Allah itu satu atsu esa.

Al-Quran sangat jelas menceritakan kedurjanaan orang Nasrani mengubah ajaran suci Nabi Isa kepada satu ajaran Allah itu tiga. Dan al-Quran juga menjelaskan orang Nasrani yang berakidah triniti itu sungguh mahu umat Islam menjadi seperti mereka.

Al-Ma'idah: 73 "Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah itu adalah satu daripada tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti (bertaubat) daripada apa yang mereka katakan, pasti orang-orang kafir di antara mereka adan ditimpakan azab yang pedih."

Al-Baqarah: 109 "Banyak antara ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) ingin sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu (muslim) setelah kamu beriman menjadi kafir kembali kerna rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka....)

Akidah Nasrani yang direka setelah ketiadaan Yesus (Nabi Isa) ialah Allah itu ialah Yesus. Allah menjelma dalam Yesus untuk menebus dosa Adam yang melanggar perintah Allah di surga. Oleh itu sesiapa yang menerima Yesus sebagai Allah berarti orang itu telah terselamat daripada dosanya Adam. Oleh itu mereka sangat berharap setiap muslim menerima ketuhanan Yesus. Dan mereka menjadiksn tanggal 25 Disember.

Hari Natal itu adalah kemuncak kegembiraan penerimaan Yesus sebagai tuhan yang dikatakan menyelamat manusia daripada dosa.  Apakah muslim yang utuh akidah dan imannya kepada Allah Tuhan yang Esa bisa bermuka manis berjabat tangan melafazkankan "Selamat Hari Natal"?

Kecuali dia seorang muslim yang tidak sadar apa-apa perbedaan antara iman dan kufur, maka dia akan bergelumang dalam apa juga kaitan hari perayaan kaum yang kufur itu.

Rabu, Disember 21, 2016

BANYAK celana berlipat ketika shalat


SOALAN
Ustadz, bagamaimana hukum menggulung pakaian ketika sholat? Sebagai contoh, ada orang yang memakai celana isbal, lalu ketika sholat ia gulung diatas mata kaki? Dan juga, orang yang memakai baju lengan panjang, lalu lengan panjangnya dilipat menjadi pendek? mohon jawabannnya, Ustadz.... Barokallohu fiik


Jawabnya:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Larangan mengumpulkan kain yakni melipatnya ketika shalat didasari oleh hadits shahih berikut:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الجَبْهَةِ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَاليَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ القَدَمَيْنِ وَلاَ نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Aku diperintah (oleh Allah) untuk bersujud pada tujuh tulang, yaitu pada dahi –dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menunjuk dengan tangannya pada hidung beliau-, dua (telapak) tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua telapak kaki. Dan kami tidak (boleh) menahan pakaian dan rambut”. HR. Bukhari no.812 dan Muslim no.490

Imam Nawawi berkata: Ulama' bersepakat tentang larangan seseorang shalat sedangkan pakaiaan atau lengan bajunya tergulung....semua ini terlarang dengan kesepakatan ulama', Makruh di sini adalah makruh Tanziih (bukan keharaman.pent), seandainya seseorang shalat dan keadaannya seperti itu maka dia telah berbuat buruk akan tetapi shalatnya tetap sah. Al-Minhaaj syarh shahih Muslim bin Al-hajjaaj oleh imam An-Nawawi 4/209

Telah jelas pula larangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengenai Isbal, Beliau bersabda:

مَا أَسْفَلَ مِنَ الكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِي النَّارِ

Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka. HR. Bukhari no.5787

orang yang memanjangkan kainnya hingga melampaui mata kaki maka dia telah melanggar larangan Rasul shallallahu alaihi wa sallam baik dia dalam keadaan shalat atau tidak, jika dia dalam keadaan shalat melipat kainnya supaya tidak Isbal maka dia di sisi lain terkena larangan mengumpulkan (melipat) kain saat shalat sebagaimana disebutkan haditsnya di atas.

Kala itu larangan yang lebih keraslah yang harus dihindari, dan larangan yang lebih keras adalah larangan menjulurkan kain sampai melebihi mata kaki (Isbal), perbuatan ini termasuk dosa besar, sehingga orang yang Isbal hendaknya menggulung kainnya supaya bisa diatas mata kaki.

Meski demikian ini bukan berarti pembolehan bagi orang-orang untuk melakukan Isbal. Karena Isbal terlarang baik itu ketika shalat atau di luar shalat.

(Sumber: Sahabat sunah Indonesia)

Ahad, Disember 18, 2016

"BEBASKAH kerna tidak Islam?"

Foto hanya hiasan
APA maksud tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam?  Telah masyhur ayat  al-Quran " tiada paksaan dalam agama". Itu ayat 256 surah al-Baqarah.  Mungkin saja Allah memberi kebebasan mutlak kepada manusia untuk memilih atau menolak beragama Islam.  Kemudian mungkin saja ada orang paham, jika seseorang tidak memilih agama Islam, tentu juga tidak menjadikan satu dosa di sisi Allah sebab Dia sudah memberi kebebasan mahu Islam atau tidak.

Perhatikan maksud penuh ayat itu.  "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam).  Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar (Islam) dan jalan yang sesat.  Siapa yang ingkar pada taghut dan beriman kepada Allah maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.  Allah Maha Mendengar,  Maha Mengetahui."

Perhatikan sebab turunnya wahyu tersebut.  Ibnu 'Abbas r.a. berkata, 'ada seorang sahabat ansar yang berasal daripada Bani salim bin Auf bernama Hushain. Dia mengajak dua orang anaknya yang beragama Nasrani  untuk masuk Islam.  Namun kedua-dua anaknya menolak ajakan itu.  Hushain pun mengadukan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. , 'apakah aku perlu memaksa kedua-dua anakku untuk masuk Islam?'  Atas pertanyaan itu, Allah menurunkan ayat berkenaan." (HR Ibnu Jarir)

Melihat isi ayat Allah dan peristiwa penyebab turunnya  wahyu itu jelas Allah tidak melepaskan percuma orang yang sudah tahu jalan kebenaran Islam dan jalan agama tersesat.  Dakwah atau pengetahuan Islam telah sampai dan orang memilih ikut hawa nafsu - menolak agama Islam, jawabnya orang itu kafir dengan seruan Allah dan rasul-Nya.

Allâh swt berfirman maksudnya,  "Sesungguhnya agama di sisi Allâh ialah Islam… "[Ali ‘Imrân: 19]

Lagi Allâh swt juga berfirman,  "Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi." [Ali ‘Imrân: 85]

Perhatikan penjelasan sikap penganut agama Yahudi dan Nasrani terhadap penganut Islam.

"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan reda kepada kamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allâh itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu Pelindung dan Penolong dari Allâh. [al-Baqarah:  120]

Oleh itu jelas apabila seseorang telah tahu informasi Islam dan agama-agama lain, dia tidak ada kebebasan meninggalkan Islam.  Ini adalah di sisi Allah yang  Dia akan memberi habuan baik atau buruk di akhirat kelak.  Adapun di dunia, manusia muslim kekal tidak dibenarkan memaksa orang bukan Islam memeluk Islam.

Wallahu 'aklam

Jumaat, Disember 16, 2016

DURHAKAI Rasulullah itu kesesatan

Foto hanya hiasan
BAGAIMANA kita mahu tahu dalam keadaan sesat beragama atau dalam kebenaran? Tidak lain, kembali menekuni ajaran Allah dan rasul-Nya.  Daripada itu kita menimbang akidah, ibadah, muamalat , siasah dan munakahat kita cocok atau berlawan dengan ajaran Allah dan rasul-Nya.

Arti firman Allah dalam surah al-Ahzab: 36, "Dan tidak pantas bagi lelaki dan perempuan yang mukmin apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan yg lain bagi urusan mereka. Dan sesiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan sebenar-benar kesesatan."

Apakah sebab ayat di atas diturunkan kepada ar-Rasul s.a.w.?  Dalam hadis sahih riwayat Ath-Tabrani, seorang sahabat Nabi s.a.w. menyatakan satu ketika Rasulullah s.a.w.  meminang Zainab r.a.  Zainab r.a. menduga pinangan oleh Rasulullah s.a.w. adalah untuk baginda sendiri (maksudnya Rasulullah mahu menjadikan Zainab istri baginda). Zainab mengambil keputusan menolak pinangan itu setelah mengetahui pinangan itu untuk Zaid r.a. Maka turunlah ayat 36 al-Ahzab itu. Setelah turun ayat itu Zainab menerima pinangan itu (untuk bersuamikan Zaid).

Kita maklum bahwa hal peminangan atau munakahat lebih pada hal keduniaan. Barangkali kerna hal keduniaan maka Zainab menolak keputusan Rasulullah untuk menjodohkan dirinya dengan Zaid bin Harisah (anak angkat Rasulullah).  Rupa-rupanya Allah terus menegur bahwa kalau memang orang itu beriman, apa saja yang diputuskan oleh Allah dan rasul-Nya maka tidak bisa diingkari.  Allah sebut sesiapa yang ingkar atau durhaka maka dia dalam sebenar-benar kesesatan. Sesat apa? Sesat beragama, seperti kesesatan sebagai penyembah berhala sedangkan tahu ada sebenar-benar Tuhan iaitu Allah swt.

Bagaimana orang jaman gawat berpolitik tidak menerima keputusan Rasulullah s.a.w. agar memberi ketaatan kepada pemerintah muslim  sekali pun jelas ada kebaikannya, dan sisi lain ada yang dikatakan jahat.

Rasulullah s.a.w. bersabda :

إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِيْ أَثَرَةً فَاصْبِرُوْا حَتَّى تَلْقَوْنِيْ عَلَى الْحَوْضِ

“Sesungguhnya kalian nanti akan menemui atsarah (iaitu pemerintah yang tidak memenuhi hak rakyat ). Maka bersabarlah hingga kalian menemuiku di haudh” [HR. Al-Bukhari no. 7057 dan Muslim no. 1845].

Al-Imam An-Nawawi rhm berkata,
“Di dalam (hadis) ini terdapat anjuran untuk mendengar dan taat kepada pemerintah, walaupun ia seorang yang zalim dan sewenang-wenang. Maka berikan haknya (sebagai pemimpin) iaitu berupa ketaatan, tidak keluar ketaatan daripadanya, dan tidak menggulingkannya. Bahkan (perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim adalah) dengan sungguh-sungguh lebih mendekatkan diri kepada Allah ta’ala supaya Dia menyingkirkan gangguan / siksaan darinya (pemerintah itu. Pen.), menolak kejahatannya, dan agar Allah memperbaikinya (kembali taat kepada Allah meninggalkan kezalimannya)”
 [Syarh Shahih Muslim lin-Nawawi, 12/232].

Wallahu 'aklam

BOLEHKAH muslim ucapkan Merry Christmas?

Mengucapkan Selamat Natal dan Merayakan Natal Bersama

Berikut adalah fatwa ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah, dari kumpulan risalah (tulisan) dan fatwa beliau (Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin), 3/28-29, no. 404.

Muslim  rayakan idulfitri dan iduladha saja
Beliau rahimahullah pernah ditanya,
“Apa hukum mengucapkan selamat natal (Merry Christmas) pada orang kafir (Nashrani) dan bagaimana membalas ucapan mereka? Bolehkah kami menghadiri acara perayaan mereka (perayaan Natal)? Apakah seseorang berdosa jika dia melakukan hal-hal yang dimaksudkan tadi, tanpa maksud apa-apa? Orang tersebut melakukannya karena ingin bersikap ramah, karena malu, karena kondisi tertekan, atau karena berbagai alasan lainnya. Bolehkah kita tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam perayaan ini?”

Beliau rahimahullah menjawab :
Memberi ucapan Selamat Natal atau mengucapkan selamat dalam hari raya mereka (dalam agama) yang lainnya pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca : ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya ‘Ahkamu Ahlidz Dzimmah’. 

Beliau (Ibnul Qayyim. Pen.) rahimahullah mengatakan,
“Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.

Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat. Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta’ala.” –Demikian perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah–

Dari penjelasan di atas, maka dapat kita tangkap bahwa mengucapkan selamat pada hari raya orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. Alasannya, ketika mengucapkan seperti ini berarti seseorang itu setuju dan ridho dengan syiar kekufuran yang mereka perbuat. Meskipun mungkin seseorang tidak ridho dengan kekufuran itu sendiri, namun tetap tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk ridho terhadap syiar kekufuran atau memberi ucapan selamat pada syiar kekafiran lainnya

Khamis, Disember 15, 2016

MAKA ahli agama itu diseret syaitan

SESUNGGUHNYA syaitan adalah musuh kamu (manusia) yang nyata" (maksud surah Yusuf:05) Musuh artinya suatu yang tugasnya menewaskan manusia.


Jika manusia mahu kebaikan, maka syaitan akan menewaskannya, sehingga manusia lebih suka keburukan.  Jika manusia mahu mentauhidkan Allah, maka syaitan akan menewaskannya sehingga manusia itu berada dalam kesyirikan kepada Allah.  Apa saja kemahuan manusia untuk menyahut seruan Allah iaitu 'bertakwa' maka pasti syaitan akan mengitari manusia itu sehingga manusia itu pasti bukan dalam kehidupan yang bertakwa kepada Allah.

Perhatikan perkabaran Allah dalam al-quran berkaitan syaitan yang sangat jelas mahu menjerumuskan manusia dalam kebinasaan dunia dan akhirat.

"... (syaitan) itu mengatakan, 'pasti aku akan mengambil bahagian tertentu daripada hamba-hamba-Mu' " (surah an-Nisaa: 118)

"(Syaitan) itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong kepada mereka, padahal syaitan itu hanya menjanjikan penipuan kepada mereka." (An-Nisaa: 120)

Dalam Perang Uhud satu pasukan yang telah ditarbiyah oleh Rasulullah pun berjaya diperdaya syaitan. "....Sesungguhnya mereka digelincirkan oleh syaitan disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang dibuat (pada masa lalu) tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka..." (surah Ali Imran: 155).

Ayat 268 surah al-Baqarah pula syaitan menjanjikan kemiskinan kepada manusia dan menyuruh kita bersifat kikir atau kedekut.

Begitulah citra dan kerja-kerja musuh utama manusia. Dari sudut mana pun syaitan akan masuk membelit manusia sehingga manusia itu tewas dan nanti bersamanya dalam kehinaan hari akhirat.

Buku Talbis Iblis buah tangan ulama besar abad keenam Hijrah, Ibnu Jauzi menelusuri banyak hal kehidupan yang tidak disangka-sangka, rupanya masih tidak terlepas bidikan sang syaitan. Berusahalah menghabisi pembacaan buku ini untuk mengkoreksi diri sendiri, di manakah kita telah ditewaskan oleh syaitan.

Isnin, Disember 12, 2016

DALIL Maulud Nabi itu mimpinya Ibnu Abbas r.a.

Maulud Nabi di Malaysia
BULAN ini banyak cerita Maulidur Rasul atau dahulu disebut Maulud Nabi.  Dahulu-dahulu tidak ada ayat yang kritikal terhadap majlis ini. Jaman sudah banyak orang pinter dan universiti, maka patutlah ilmu bercambah dan membiak dalam masyarakat.  Membahas Maulud Nabi itu sunah atau bid'ah itu normal dalam masyarakat yang berbilang ilmu dan pengalaman.  Jika tidak mahu mengharungi diskusi dan debat, janganlah hantar anak-anak ke sekolah tinggi.

Ini cerita yang saya kutip daripada pidato Maulud Nabi di masjid. Pemidato memberi dalil mimpi seorang Sahabat Nabi iaitu Ibnu Abbas r.a..  Katanya, Ibnu Abbas telah bermimpi ketemu penentang Nabi iaitu Abu Lahab!  Ibnu Abbas dikabarkan oleh Abu Lahab bahwa setiap hari Isnin, iaitu hari lahirnya Muhammad (Nabi s.a.w.), dia diringankan azabnya dalam neraka kerna dahulu pada saat mendengar kabar kelahiran Muhammad dia sangat suka dan kerna itu dia membebaskan seorang hamba atau budak yang dimilikinya.

Ulasan pemidato itu antar lain ialah: Jika orang yang paling kuat menantang Nabi s.a.w. mendapat syafaat kerna meraikan hari lahir Nabi, tentulah kita yang beriman kepada Nabi s.a.w. lebih berhak mendapat kebaikan apabila meraikan hari lahir Nabi iaitu Maulud Nabi.

Biarlah ilmuan membahas dalil sang pemidato.

Foto-foto yang saya sertakan di sini sudah buat hati rasa sebel.  Apakah ini caranya merayakan Maulud Nabi, jika pihak yang mahu mengekalkan perayaan itu melaksanakannya? Apakah di Malaysia akan menuruti caranya di Jogja?

Maulud Nabi di Jogjajakarta