Pengikut

Sabtu, Julai 11, 2009

ANTARA akidah Nabi Musa dan Firaun: Di manakah ALlah?

Jika kita menanyakan kepada sebagian saudara kita mengenai di manakah Allah, maka muncul berbagai versi jawaban mengenai hal ini. Ada yang mengatakan bahwa Allah bersemayam di atas ‘Arsy. Ada pula yang mengatakan bahwa Allah ada di mana-mana. Ada pula yang mengatakan bahwa Allah ada di hati setiap insan. Padahal senyatanya, jika kita menelusuri Al Qur’an, kita akan mendapati bahwa Allah sendiri telah menceritakan tentang keberadaannya bahawa Dia berada di atas ‘Arsy, di atas langit, di atas seluruh makhluk-Nya.
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan bahwa sebagian ulama besar Syafi’iyah mengatakan,

في القرآن ألف دليل أو أزيد تدل على أن الله عال على الخلق وأنه فوق عباده وقال غيره فيه ثلاثمائة دليل تدل على ذلك
“Di dalam Al Qur’an ada 1000 dalil atau lebih yang menunjukkan Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya dan di atas seluruh hamba-Nya.” Selain mereka (ulama Syafi’iyah) mengatakan bahwa ada 3000 dalil yang menunjukkan hal ini. (Bayanu Talbisil Jahmiyah, 1/555)
Adapun di antara dalil Al Qur’an yang membicarakan hal ini adalah dalil tegas yang menyatakan Allah fis samaa’.
Menurut Ahlus Sunnah, maksud fis samaa’ di sini ada dua:
• Fi di sini bermakna ‘ala, artinya di atas. Sehingga makna fis sama’ adalah di atas langit
Sama’ di sini bermakna ketinggian (al ‘uluw). Sehingga makna fis sama’ adalah di ketinggian.
Dua makna di atas tidaklah bertentangan. Makna fis sama’ tidak boleh dipalingkan ke makna selain itu. Contoh dalil tersebut adalah firman Allah Ta’ala,

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di (atas) langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersamamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (QS. Al Mulk 67:16)
Juga terdapat dalam hadits,
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
“Orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi, niscaya (Rabb) yang berada di atas langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Daud no. 4941 dan At Tirmidzi no. 1924. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Dalil lainnya adalah dalil yang menyatakan bahwa Allah menceritakan mengenai Fir’aun yang ingin menggunakan tangga ke arah langit agar dapat melihat Tuhannya Musa. Lalu Fir’aun mengingkari keyakinan Musa mengenai keberadaan Allah di atas langit. Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا
“Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” (QS. Al Mu’min 23:36-37)
Ibnu Abil ‘Izz mengatakan, “Barangsiapa yang mendustakan ketinggian Dzat Allah di atas langit yaitu dari golongan Jahmiyah, maka mereka termasuk pengikut Fir’aun. Sedangkan yang menetapkan ketinggian Dzat Allah di atas langit, merekalah pengikut Musa dan pengikut Muhammad.” (Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah, 2/441)
Keyakinan ini juga merupakan keyakinan Imam Malik bin Anas, Imam Darul Hijrah. Dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal ketika membantah faham Jahmiyah, Abdullah bin Nafi’ berkata bahwa Imam Malik bin Anas mengatakan, “Allah berada di atas langit. Sedangkan ilmu-Nya berada di mana-mana, segala sesuatu tidaklah lepas daripada ilmu-Nya.” (Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, 138. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shohih)
Sedangkan Imam Abu Hanifah bersikap keras terhadap orang yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit. Dari Abu Muthi’ Al Hakam bin Abdillah Al Balkhiy -pemilik kitab Al Fiqhul Akbar, beliau bertanya pada Abu Hanifah mengenai orang mengatakan, “Saya tidak tahu Rabbku di atas langit ataukah di bumi.”
Imam Abu Hanifah lantas mengatakan, “Orang tersebut telah kafir karena Allah Ta’ala sendiri berfirman (yang artinya), ‘Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy’ dan ‘Arsy-Nya berada di atas langit.” Orang tersebut mengatakan lagi, “Aku berkata bahwa Allah memang menetap di atas ‘Arsy.” Akan tetapi orang ini tidak mengetahui di manakah ‘Arsy, di langit ataukah di bumi. Abu Hanifah lantas mengatakan, “Jika orang tersebut mengingkari Allah di atas langit (Arsy Allah di langit), maka dia kafir.” (Diriwayatkan oleh Al Faruq dengan sanad dari Abu Bakr bin Nashir bin Yahya dari Al Hakam. Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, 135-136)

Semoga Allah memberi taufik kepada kita sekalian agar memiliki aqidah yang benar. Amin Yaa Mujibas Saa’ilin.Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
(Sumber: Mediu-Jogja, 28 Jumadil Ula 1430 Hal Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal)

4 ulasan:

  1. Kita lihat nanti bagaimana 'ustaz' dari Pekan Pahang manafikan Nabi Musa memberitahu Fir'aun yang Allah sifatnya di atas, sehingga raja itu mahu membuat bangunan tinggi.

    BalasPadam
  2. bagus.ikutlah akidah firaun tu.
    Firaun tu kafir ke muslim?
    Jadi hang nak ikut firaun la?
    bagus la ikut akidah orang kafir yang tak kenal Allah. Akidah hang sama dengan akidah firaun.


    Hujah hang ni menampakkan kedangkalan akal hang.

    BalasPadam
  3. balasan dari bakul sampah..., tak menjejaskan hujah asal.

    BalasPadam
  4. Orang yg selalu menafikan erti wahyu Allah "Allah di langit" (itu ayat quran!" sampai sekarang tak dapat menafikan yang Nabi Musa telah memberitahu Fir'aun bahawa Allah di langit.

    Kepada yg mahu mengajar falsafah mengenai Allah, bersedialah dengan soalan sebagai satu uji kaji adakah yang hendak disampaikan itu betul atau salah.

    Sebab itu seruan kembali kepada alquran dan sunah adalah terbaik dlm bab akidah dan ibadah untuk membersihkan diri daripada pemikiran asing. Cukuplah sunah rasul itu sebagai penjelasan terbaik kerana Nabi Muhammad adalah manusia terbaik mengetahui kandungan alquran.

    BalasPadam