MELIHAT sebagian wajah Indonesia! Itulah yang dapat disimpuikan sepanjang
perjalanan dari Jakarta ke Bandung melewati Gadog-Bogor-Cianjur. Ada pilihan lain untuk ke Bandung dengan
lebuh raya yang nyaman dan tidak memakan waktu. Namun hanya ada satu jalan
untuk ke Puncak, itulah jalan lama yang di kiri kanannya memaparkan sebagian
wajah Indonesia, negara paling banyak penduduk muslim di dunia.
Sebelum berada di jalan lama, kita melewati lebuh
raya. Dari situ boleh terlihat pemandangan sebagian kediaman penduduk kelas
bawah Jakarta. Mereka tinggal di kawasan
setinggan atau perkumuhan. Asal ada
tanah yang tidak digenangi air, di situlah penduduk membuat petempatan. Oleh
kerna lebuh rayanya lebih tinggi berbanding dengan perumahan tersebut, dapatlah
dilihat keragaman bentuk rumah rakyat marhaen.
Yang sangat jelas di situ banyak masjid dan surau yang tampat dibina
lebih indah berbanding rumah-rumah penduduk.
Rumah penduduk dan premis perniagaan ada di
sepanjang perjalanan ke Puncak. Paling
banyak ialah rumah makan masakan Padang atau Minangkabau. Hotel atau rumah penginapan untuk yang
bertualangan di sini juga mudah ditemukan di mana-mana.
Menurut pemandu bas yang membawa kami, jalan macet
atau jammed pada hujung minggu. Sakalipun kami melaluinya pada hari
Isnin (22 Disember 2014), tanpa diduga sepanjang perjalanan macet.
Bayangkan, perjalanan dari Jakarta ke Bandung (kira-kira 180km) dengan
rencana untuk istirahat sebentar di Puncak yang dijangka selama lima jam
menjadi 12 jam! Kami bergerak dari
Masjid Istiqlal jam 11 pagi hanya sampai di Puncak jam 8.00 malam. Tambahan
pula dari Gadog, hujan sepanjang jalan maka kami tidak dapat menikmati
pemandangan indah di Puncak sebagaimana yang dirancang. Hanya makan dan solat.
Sehingga ke Gadog, semua rakan dalam rombongan
masih bisa positif melihat pemandangan kehidupan warga Indonesia sebagai
informasi. Pengalaman dan informasi secara langsung. Namun apabila hari sudah
gelap, dan pergerakan bas masih seperti kura-kura, sebagian rakan sudah mula
mengeluh kerna begitu lama dalam perjalanan.
Namun sepanjang itulah dapat dibuktikan bahawa
Indonesia memang mempunyai penduduk sebanyak kira-kira 250 juta jiwa. Jalan
raya padat dan motorsikal begitu banyak sekali. Ini sudah dilihat di Jakarta
seawal pagi ketika mereka keluar mencari rezeki harian. Kenderaan yang banyak dengan hampir semua
buatan dari Jepun dan banyaknya yang model terbaru menggambarkan kuasa beli
rakyat di Indonesia juga tidaklah jauh bedanya dengan rakyat di Malaysia.
Toyota Vios terbaru dan Nissan Almera dijadikan teksi sedangkan di Malaysia
menjadi sebagian kenderaan golongan menengah kerna harganya lebih tinggi
berbanding kebanyakan kereta nasional Proton Saga dan Perodua Myvi. Proton Exora juga ditemui di Indonesia.
Tidak ada masalah untuk makan di Indonesia. Sebelum
ini ada yang memberi gambaran sukar mendapatkan makanan halal kerna sebagian
warga pribuminya yang bukan muslim mengusahakan makanan. Hakikatnya rumah makan
ala-Padang Sumatera Barat ada di mana-mana. Indonesia adalah negara penduduk
muslim terbanyak di dunia. Di mana-mana ditemui papan tanda masjid dan
pesantren atau pusat pendidikan
Islam. Seperti di Malaysia yang
mudah mencari musalla atau tempat solat, begitu juga di sini.
Di Bogor juga ditemui perkampungan Arab. Di pinggir jalan itu tokok-toko perniagaan
ditulis dalam Bahasa Arab. Jadi saya
teringat catatan dalam buku Ayah (Buya Hamka) oleh Irfan Hamka. Penulis buku
itu menemui pemuda Arab yang bertugas di Kedutaan Indonesia di Baghdad tahun
1965 adalah pria Arab kelahiran Bogor. Ya di perkampungan Arab Bogor itulah.
Jalan ke Puncak-Cianjur senantiasa menanjak
semenjak dari Gadog. Sesampai di Puncak
saat masih hujan, memang dingin sekali. Takdir Tuhan, kami tidak dapat
menikmati keindahan alam di Puncak, salah satu tumpuan para wisata dalam dan
luar negara di sini.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan