BENAR bahawa Islam itu sempurna. Dan kerna sifat
sempurna itu, Islam tidak dapat dipisahkan dengan politik. Politik adalah amanah pengurusan. Pengurusan
apa juga dari sebuah keluarga, daerah, jabatan hinggalah sebuah negara. Bahawa Nabi s.a.w. juga sangat jelas
mengatakan bahawa setiap orang akan ditanya perihal amanahnya.
Allah pula telah mewajibkan seluruh kaum yang
beriman kepada-Nya agar mentaati orang atau pihak yang diberi amanah
menguruskan apa juga tugasan. Anak
mentaati ayah sebagai ketua keluarga. Pekerja mentaati majikan sebagai pengurus
besarnya. Masyarakat desa mentaati Ketua Kampung. Rakyat mentaati penguasa
paling besar dalam sebuah negeri.
foto hiasan |
Konsep ketaatan ini merupakan arahan Allah yang
sangat jelas dalam al-Quran ayat 59 surah An-Nisa (maksudnya), “Wahai
orang-orang beriman, taatilah Allah dan rasul(-Nya), dan ulil amri (pemerintah)
dalam kalangan kamu. Kemudian jikalau
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(al-Quran) dan rasul-Nya (Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan Hari Kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (kepadamu) dan lebih baik akibatnya.”
Pantas saja orang melabrak apabila dibacakan ayat
ini. “Pemerintah berbuat salah, apakah juga ditaati?” Suara itu muncul kerna masyarakat sudah
diasuh sekian lama oleh kaum Barat supaya bangun melawan pemerintah yang
dikatakan berbuat salah atas nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia.
Allah tidak pernah memerintahkan manusia melakukan
kejahatan atau mentaati seruan kejahatan. Bahawa sebab turunnya ayat al-Quran
di atas juga jelas. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan
Muslim. Daripada Ali bin Abi
Talib, dia mengatakan bahawa “Rasulullah mengutus sepasukan askar yang diketuai oleh
seorang daripada pihak Ansar. Ketika
sudah keluar, pemimpin pasukan itu marah disebabkan suatu hal dan dia berkata, ‘Bukankah
Rasulullah s.a.w. telah memerintahkan kalian mentaatiku?’
Ahli pasukan menjawab, ‘betul’.
Si ketua berkata lagi, “kumpulkanlah kayu
pembakar untukku.” Kemudian dia meminta
api lalu membakar kayu itu seraya berkata, “Aku memaksa agar kalian masuk ke
dalamnya.”
Nyaris-nyaris ahli pasukan itu masuk ke dalam
api (kerana ketaatannya).
Maka seorang pemuda di antara mereka berkata, “Sesungguhnya (jika
kalian lari, maka) kalian lari menuju Rasulullah s.a.w. untuk menghindari api ini.
Jangan kalian terburu-buru, sehingga kalian bertemu Rasulullah s.a.w. Jika Rasulullah s.a.w. memerintahkan kalian
masuk ke dalam api itu maka masuklah.”
Maka mereka pun kembali kepada Rasulullah
s.a.w. dan mengkhabarkan peristiwa itu.
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Seandainya
kalian masuk ke dalam api itu, pasti kalian tidak akan keluar lagi darinya
selama-lamanya. Ketaatan itu hanyalah
(berlaku) pada yang makruf (kebaikan) sahaja.”
Kan jelas ketaatan hanya dalam hal yang halal.
Kalau pemerintah memaksa kita melakukan yang haram, maka tidak ada ketaatan
kepadanya. Kemudian, apakah dengan tidak
taat kepada yang haram maka Allah dan rasul-Nya membenarkan orang-orang yang
diperintah melawan penguasa itu.
Mudahnya, apakah jika Ketua Kampung mengarahkan majlis rasminya disertai
musik dan tari-menari antara lelaki dan perempuan, maka Ketua Kampung boleh
dihalau dari jawatannya?
Diriwayatkan daripada ‘Ubadah bin As-Syamit
r.a., dia berkata, “Kami membai’ah Rasulullah supaya mendengar dan taat, pada
waktu senang atau susah, waktu sulit atau mudah, dan pada waktu harus
mengorbankan kepentingan peribadi (kerna memenuhi ketaatan itu). (Kami berbai’ah kepada Rasulullah) agar kami
tidak mencabut kepemimpinan (menyingkirkan pemimpin) daripada yang berhak
memegangnya.” Baginda Nabi bersabda, “(Taatlah)
Kecuali apabila kalian melihat kekafiran yang jelas (pada pemimpin itu), sedang
kalian pun memiliki dalil (bukti) daripada Allah.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Justeru, akhlak muslim ialah mematuhi
pemerintahnya, daripada pemerintah kecil hingga pemerintah besar sebuah
negara. Akan ada saja khilaf pemimpin,
maka khilaf pemimpin tidak boleh ditaati.
Ada juga perintah pemimpin yang benar atau makruf tetapi masyarakat
bawah tidak menyukainya. Misalnya arahan
‘perintah berkurung’ demi keselamatan. Dengan perintah berkurung itu, sebagian
orang tidak bisa bekerja dan berkurang pendapatan kewangannya. Jadi dia marah, atau tidak suka. Yang begitu, Rasulullah masih meminta muslim
yang beriman bersabar dan mematuhinya.
Maksud sabda Nabi s.a.w. “Mendengar dan taat
ada kewajiban seorang muslim, dalam keadaan suka atau terpaksa salama tidak
diperintahkan berbuat maksiat. Jika
diperintahkan berbuat maksiat, tidak waji didengar dan dipatuhi.”
(Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Hikmahnya, Islam sangat menjaga ketertiban dan
suasana damai sekalipun memang ada saja yang tidak berpuas hati terhadap
orang-orang yang menguasainya. Hari ini
masyarakat Islam berkecamuk, saling mencerca, berpartai-partai yang saling
berlawanan dan melakukan demontrasi sebagai tanda amarah…, semua itu disebabkan
sangat mematuhi kehendak ajaran demokrasi Barat dan meminggirkan ajaran Allah
dan rasul-Nya dalam bab perhubungan antara yang dipimpin dengan pemimpin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan