SURAH Al-Hujurat ayat 12 (maksudnya), “Wahai orang-orang beriman, jauhilah
banyak buruk sangka, sesungguhnya sebagian buruk sangka adalah dosa, jangan
mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan menggunjing (mengumpat) sebagian
yang lain…..”
Ayat di atas bukan ayat metafora, yang punya maksud
lain daripada yang nyata begitu. Jelas
di situ larangan Allah. Larangan Allah
bermakna hukum haram. Hukum haram di ayat itu ialah ‘buruk sangka, mencari-cari
salah orang lain dan mengunjing orang’. Menggunjing orang ialah menceritakan
kisah orang lain bukan di tempat yang dibenarkan (mahkamah).
Namun itulah yang banyak sedang berlaku sekarang.
Semuanya kerna keserakahan ahli-ahli politik mahu berkuasa.
Pengikut-pengikutnya tentu saja meneruskan kerja-kerja buruk atas nama
perjuangan rakyat, demokrasi dan kebebasan.
Lihatlah orang-orang yang duduk di warung kopi bicara buruk peribadi
pemerintah negara. Anak-anak belasan tahun melepaskan ayat-ayat penghinaan
terhadap pemimpin negara walhal mereka tidak tahu apa pun urusan birokrasi dan
pentadbiran. Semua atas nama kebebasan
bersuara dan jiwa memberontak.
Mengapa sebagian masyarakat muslim jadi bobrok
begitu, pada saat dikatakan semakin banyak parti dan NGO tumbuh berasaskan
Islam? Jawabnya ialah sebagian yang
menjadipemimpin organisasi yang dikatakan Islam itu sendiri adalah ahli-ahli
politik berakidah demokrasi barat: Kebebasan rakyat bersuara! Kepada mereka ayat-ayat al-Quran yang disebut
ialah untuk mengumpul massa dalam organisasinya, dan mentarbiyah mereka
mengenai kesatuan dalam organisasi. Kepada muslim di luar organisasinya, semua
dianggap munafik atau fasik. Sebab itu
anak kecil dan remaja yang baru mendengar kuliah agama, berani mencerca dan
membuat tuduhan palsu atas orang lain yang tidak dalam organisasinya (kabilahnya).
Sayang sekali, sebab sesiapa yang mencela atas nama
suci pun tidak terlepas daripada ancaman Allah dan rasul-Nya. Tidak ada perbedaan sikap dan perkataan yang
dilepaskan. Tidak ada keharusan disebabkan musim berpolitik dan keharaman
disebabkan jiran tetangga. Kanjeng Nabi s.a.w. membayangkan muflis atau
bangkrap di akhirat kelak. Tapi hadis Nabi s.a.w. ini sangat tidak disukai oleh orang yang
mulutnya tidak dapat dibendung lagi.
Sabda Nabi sallallahu alaihi wasallam
maksudnya: “Tahukah kalian, siapa orang yang muflis itu?” Jawab
sahabat-sahabatnya, “Orang yang muflis
dalam kalangan kami ialah seseorang yang tidak mempunyai dirham dan tidak pula
mempunyai harta-benda!”
Jelas Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya seorang yang muflis dalam kalangan umatku ialah seseorang yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa pahala-amalan solat, puasa dan zakat; dan kedatangannya itu sesudah ia mencaci-cela orang lain, membuat tuduhan palsu (fitnah), memakan harta, mencedera, dan memukul orang lain, maka pahala kebaikannya itu akan diberikan kepada orang yang dianiayainya itu, dan apabila pahala kebaikannya habis sebelum selesai hutangnya maka orang-orang yang telah dianiayaai itu akan diambil dosa-dosa mereka lalu dibebankan ke atasnya pula, dan kemudian itu ia dicampakkan kedalam api neraka.” (HR Muslim, no:4684)
Kepelikan masyarakat kita: Bab makanan sangat
teliti jika ada unsur babi, dalam bab politik tidak ada ketelitian seperti
mencari makanan yang halal.
Wallahu ‘aklam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan