Pengikut

Isnin, Jun 01, 2015

NISFU Syaaban dan 'perbalahan'!

Semoga Allah mendamaikan mereka

MALAM ini khabarnya bernisfu Syaaban, tidak ada komentar mengenainya. Jika dicatat sunah atau tidak pun bagaikan begitulah keadaannya.  Kata orang, masyarakat muslim kita lagi punya banyak masalah, malah besar-besar.

Ya, perselisihan pendapat, berkelompok tertentu atas nama suku kaum atau partai politik, malah antara individu yang berpengaruh besar. Saban hari mereka saling mengeluarkan perkataan atau kenyataan yang menuduh sebelah sana sebagai salah dan tidak dapat dimaafkan. Selagi ‘lawannya’ belum jatuh, selagi itulah berhari-hari mengumbarkan sindiran, kritikan dan amarahnya.  Maka hari-hari orang awam mengikuti perdebatan dan ‘perkelahian’ sesama muslim.  Dan drama perpecahan di mana-mana diperhatikan oleh kaum bukan muslim sama ada dengan keheranan atau senyuman.

Apa pun punca dan puncaknya, Islam mengharamkan perbalahan, perdebatan terbuka dan perkelahian sekali pun dalam ‘wacana-wacana’ akhbar atau media internet.  Perasaan umat yang memihak saling terbakar dan seperti menunggu masa untuk beradu secara fisikal pula.

Mula-mula berbeda pedapat.  Kemudian berselisih bicara dan menanjak kepada perang mulut. Mereka saling gelar-mengelar untuk memburukkan yang tidak disukainya.  Apa kata Islam hal menggelar orang yang buruk-buruk?

 Maksud firman Allah: “Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.  Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak daripada prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebahagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. "(QS. Al-Hujurat: 11-12).

Walhal antara sesama muslim adalah bersaudara. Bersaudara umpama punya ikatan darah dalam sebuah keluarga. Menjadi lumrah kasih sayang dalam keluarga itu utuh dan saling rindu antara satu sama lain. Maka begitulah sepatutnya antara sesama muslim yang Allah nyatakan sebagai bersaudara.

Maksud firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS.al-Hujurat: 10).

Sungguh, tidak menyertai perkelahian mereka juga sudah termasuk dalam mendamaikan jiwa-jiwa yang berceranggah kerna jika kita menyertai salah satu pihak, pasti api kemarahan menjadi besar.  Dengan mengasingkan diri daripada salah satunya, kita memberi isyarat tidak menyertai perselisihan mereka dalam umah.

Maksud sabda Rasulullah s.a.w.  " Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lain." (HR. Al-Bukhari  dan Muslim). 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan