Halaman

Ahad, September 18, 2016

LELAKI muslim wajib berjanggut

Lelaki muslim ikuti sunah Nabi s.a.w.
DI MANA-mana pelabuhan udara atau airport kota negara Barat atau  Timur, telah ada  tempat muslim menunaikan shalat. Katakanlah ibadah shalat ini mahu disamakan dengan ritual penyembahan mengikut agama-agama lain seperti Kristian, Hindu dan Buddha,  tidak pula tersedia tempat beribadah untuk penganut-penganut agama lain selain Islam.  Selain kewajiban muslim beribadah di serata dunia sudah diakui dan dihormati, tampak masyarakat antara bangsa menerima perbedaan antara muslim dan bukan muslim.

Penting diketahui bahawa masyarakat dunia yang pelbagai agama itu tidak bersungguh-sungguh mahu kelihatan berbeda antar satu sama lain, seperti penganut Hindu dan Kristian.  Namun mereka menerima jika penganut-penganut semua agama itu dikumpulkan untuk berbeda dengan penganut Islam.  Tersiratnya, inilah kemenangan dan keindahan Islam di pentas antara manusia pelbagai budaya.

Hanya hiasan: Muslim jangan begini
Al-Quran telah awal mendidik muslim agar berbeda akidah apabila muslim menafikan apa-apa ketuhanan (seperti yang dipercayai penganut agama lain), sebaliknya kental mengakui hanya Allah sebagai Tuhan.  Tidak ada toleransi dalam kepercayaan, Islam menolak total unsur ketuhanan dan pemujaan sekalipun terhadap manusia hebat.  Malah Nabi Muhammad sendiri meminta umatnya tidak memuja dirinya seperti kaum Nasrani memuja Nabi Isa al-Maseh.

Surah a-Kafirun  dalam al-Quran sangat jelas membedakan keagamaan ibadah antara Islam dan agama lain.  Kepada muslim, agama kami inilah dan agama kamu itulah. Tidak ada penerimaan kaedah ibadah agama lain dalam Islam melainkan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad s.a.w.  Hal ini mungkin bisa terjadi antara penganut Hindu dan Buddha, dan bukan menjadi kesalahan beragama sesama mereka.

Shalat sebagai tiang utuh beragama tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan muslim seharian. Lima waktu sehari wajib dilaksanakan.  Sebab itulah masyarakat bukan Islam memahami kewajiban ini dan memberikan peluang dan tempat muslim menunaikan kewajiban asasi beragama itu.  Shalat itu dinding pemisah antara muslim dan bukan muslim.  Maksud sabda Nabi s.a.w. “Pemisah antara seorang hamba / manusia (dengan hamba lain), iaitu antara kekufuran dan keimanan adalah shalat.  Apabila dia meninggalkan shalatnya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR At-Tabarani dan disahihkan oleh Al-Albani).

Begitu juga dalam kehidupan bergaul sesama manusia pelbagai agama, muslim diperintahkan membedakan diri dengan gaya yang mudah dikenal.  Jangan ada persamaan dengan penganut agama lain.  Baginda Nabi s.a.w. mewajibkan lelaki muslim berjanggut dan menipiskan kumis atau misai.  Maksud hadis, Abdullah bin Umar r.a. mengakatan Rasululah s.a.w. bersabda, “Janganlah kamu menyerupai orang-orang musyrikin, peliharalah janggut dan tipiskan kumis kamu.”  HR Al-Bukhari, Muslim dan al-Baihaqi. 

Lagi ketegasan daripada Rasulullah s.a.w., Dari Abi Imamah dia mengatakan Rasulullah s.a.w. bersabda, “Potonglah kumis kamu dan peliharalah janggut kamu, tinggalkanlah (jangan meniru) ahli Kitab.”  HR Ahmad dan At-Tabarani.

Begitu juga kaum perempuan yang diwajibkan memakai jilbab sangat ketara perbedaan antara muslimah dengan perempuan penganut agama lain.  Sekalipun ada golongan perempuan di biara berpakian hitam dan berjilbab, ulama Islam sudah sepakat fesyen mereka yang di biara tidak bisa ditiru sama sekali.  Jelasnya, apabila Rasulullah memerintahkan ‘jangan meniru penganut agama lain’ para ulama Islam pantas memberikan nasihat kepada umat berkaitan pakaian khas bukan Islam yang tidak boleh disamai atau ditiru.


Itulah identiti muslim di mana-mana pun.  Akhirnya wajah muslim dapat dikenal dan diberi ucap salam oleh saudara muslimnya yang lain.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan