Halaman

Jumaat, Disember 16, 2016

DURHAKAI Rasulullah itu kesesatan

Foto hanya hiasan
BAGAIMANA kita mahu tahu dalam keadaan sesat beragama atau dalam kebenaran? Tidak lain, kembali menekuni ajaran Allah dan rasul-Nya.  Daripada itu kita menimbang akidah, ibadah, muamalat , siasah dan munakahat kita cocok atau berlawan dengan ajaran Allah dan rasul-Nya.

Arti firman Allah dalam surah al-Ahzab: 36, "Dan tidak pantas bagi lelaki dan perempuan yang mukmin apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan yg lain bagi urusan mereka. Dan sesiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan sebenar-benar kesesatan."

Apakah sebab ayat di atas diturunkan kepada ar-Rasul s.a.w.?  Dalam hadis sahih riwayat Ath-Tabrani, seorang sahabat Nabi s.a.w. menyatakan satu ketika Rasulullah s.a.w.  meminang Zainab r.a.  Zainab r.a. menduga pinangan oleh Rasulullah s.a.w. adalah untuk baginda sendiri (maksudnya Rasulullah mahu menjadikan Zainab istri baginda). Zainab mengambil keputusan menolak pinangan itu setelah mengetahui pinangan itu untuk Zaid r.a. Maka turunlah ayat 36 al-Ahzab itu. Setelah turun ayat itu Zainab menerima pinangan itu (untuk bersuamikan Zaid).

Kita maklum bahwa hal peminangan atau munakahat lebih pada hal keduniaan. Barangkali kerna hal keduniaan maka Zainab menolak keputusan Rasulullah untuk menjodohkan dirinya dengan Zaid bin Harisah (anak angkat Rasulullah).  Rupa-rupanya Allah terus menegur bahwa kalau memang orang itu beriman, apa saja yang diputuskan oleh Allah dan rasul-Nya maka tidak bisa diingkari.  Allah sebut sesiapa yang ingkar atau durhaka maka dia dalam sebenar-benar kesesatan. Sesat apa? Sesat beragama, seperti kesesatan sebagai penyembah berhala sedangkan tahu ada sebenar-benar Tuhan iaitu Allah swt.

Bagaimana orang jaman gawat berpolitik tidak menerima keputusan Rasulullah s.a.w. agar memberi ketaatan kepada pemerintah muslim  sekali pun jelas ada kebaikannya, dan sisi lain ada yang dikatakan jahat.

Rasulullah s.a.w. bersabda :

إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِيْ أَثَرَةً فَاصْبِرُوْا حَتَّى تَلْقَوْنِيْ عَلَى الْحَوْضِ

“Sesungguhnya kalian nanti akan menemui atsarah (iaitu pemerintah yang tidak memenuhi hak rakyat ). Maka bersabarlah hingga kalian menemuiku di haudh” [HR. Al-Bukhari no. 7057 dan Muslim no. 1845].

Al-Imam An-Nawawi rhm berkata,
“Di dalam (hadis) ini terdapat anjuran untuk mendengar dan taat kepada pemerintah, walaupun ia seorang yang zalim dan sewenang-wenang. Maka berikan haknya (sebagai pemimpin) iaitu berupa ketaatan, tidak keluar ketaatan daripadanya, dan tidak menggulingkannya. Bahkan (perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim adalah) dengan sungguh-sungguh lebih mendekatkan diri kepada Allah ta’ala supaya Dia menyingkirkan gangguan / siksaan darinya (pemerintah itu. Pen.), menolak kejahatannya, dan agar Allah memperbaikinya (kembali taat kepada Allah meninggalkan kezalimannya)”
 [Syarh Shahih Muslim lin-Nawawi, 12/232].

Wallahu 'aklam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan