Halaman

Sabtu, Ogos 01, 2015

MENGUMPAT ahli politik atau jiran tetangga, sama saja dosanya!

SURAH Al-Hujurat  ayat 12 (maksudnya), “Wahai orang-orang beriman, jauhilah banyak buruk sangka, sesungguhnya sebagian buruk sangka adalah dosa, jangan mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan menggunjing (mengumpat) sebagian yang lain…..”

Ayat di atas bukan ayat metafora, yang punya maksud lain daripada yang nyata begitu.  Jelas di situ larangan Allah.  Larangan Allah bermakna hukum haram. Hukum haram di ayat itu ialah ‘buruk sangka, mencari-cari salah orang lain dan mengunjing orang’. Menggunjing orang ialah menceritakan kisah orang lain bukan di tempat yang dibenarkan (mahkamah).

Namun itulah yang banyak sedang berlaku sekarang. Semuanya kerna keserakahan ahli-ahli politik mahu berkuasa. Pengikut-pengikutnya tentu saja meneruskan kerja-kerja buruk atas nama perjuangan rakyat, demokrasi dan kebebasan.  Lihatlah orang-orang yang duduk di warung kopi bicara buruk peribadi pemerintah negara. Anak-anak belasan tahun melepaskan ayat-ayat penghinaan terhadap pemimpin negara walhal mereka tidak tahu apa pun urusan birokrasi dan pentadbiran.  Semua atas nama kebebasan bersuara dan jiwa memberontak.

Mengapa sebagian masyarakat muslim jadi bobrok begitu, pada saat dikatakan semakin banyak parti dan NGO tumbuh berasaskan Islam?  Jawabnya ialah sebagian yang menjadipemimpin organisasi yang dikatakan Islam itu sendiri adalah ahli-ahli politik berakidah demokrasi barat: Kebebasan rakyat bersuara!  Kepada mereka ayat-ayat al-Quran yang disebut ialah untuk mengumpul massa dalam organisasinya, dan mentarbiyah mereka mengenai kesatuan dalam organisasi. Kepada muslim di luar organisasinya, semua dianggap munafik atau fasik.  Sebab itu anak kecil dan remaja yang baru mendengar kuliah agama, berani mencerca dan membuat tuduhan palsu atas orang lain yang tidak dalam organisasinya (kabilahnya).

Sayang sekali, sebab sesiapa yang mencela atas nama suci pun tidak terlepas daripada ancaman Allah dan rasul-Nya.  Tidak ada perbedaan sikap dan perkataan yang dilepaskan. Tidak ada keharusan disebabkan musim berpolitik dan keharaman disebabkan jiran tetangga. Kanjeng Nabi s.a.w. membayangkan muflis atau bangkrap di akhirat kelak. Tapi hadis Nabi s.a.w.  ini sangat tidak disukai oleh orang yang mulutnya tidak dapat dibendung lagi. 

Sabda Nabi sallallahu alaihi wasallam maksudnya: “Tahukah kalian, siapa orang yang muflis itu?” Jawab sahabat-sahabatnya,  “Orang yang muflis dalam kalangan kami ialah seseorang yang tidak mempunyai dirham dan tidak pula mempunyai harta-benda!”

Jelas Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya seorang yang muflis dalam kalangan umatku ialah seseorang yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa pahala-amalan solat, puasa dan zakat; dan kedatangannya itu sesudah ia mencaci-cela orang lain, membuat tuduhan palsu (fitnah), memakan harta, mencedera, dan memukul orang lain,  maka pahala kebaikannya itu akan diberikan kepada orang yang dianiayainya itu, dan apabila pahala kebaikannya habis sebelum selesai hutangnya maka orang-orang yang telah dianiayaai itu akan diambil dosa-dosa mereka lalu dibebankan ke atasnya pula, dan kemudian itu ia dicampakkan kedalam api neraka.”
(HR Muslim, no:4684)

Kepelikan masyarakat kita: Bab makanan sangat teliti jika ada unsur babi, dalam bab politik tidak ada ketelitian seperti mencari makanan yang halal.


Wallahu ‘aklam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan