Halaman

Jumaat, Oktober 02, 2009

GEMPA derita bangsa


SEKALI lagi daripada entah berapa kali, bumi Indonesia dilanda gempa. Siapa yang tidak kenal letusan Krakatoa kurun ke-19 dan Tsunami Atjeh Disember 2004? Dari Atjeh turun ke Tanjung Karang di Sumatera selatan dan kemudian ke seluruhan Jawa kemudian ke Sulawesi dalam jajaran gunung berapi aktif dan sangat berpotensi untuk dilanda gempa bumi. Baru ‘kelmarin’ awal September gempa di Jawa Barat, awal Oktober pula di Sumatera Barat. Kemudian mana lagi? Hanya Tuhan yang tahu.


Banyak orang agama melihat gempa sebagai balasan Tuhan kepada hamba-Nya yang ingkar seruan taat kepada-Nya. Katakanlah bangsa Melayu saya di Indonesia memang jahat dan melanggar perintah-perintah Allah, namun mereka adalah muslim yang mengakui keesaan Allah. Banyak lagi yang terbaik dan bergelar ulama dari sana. Umpama Hamka, M Natsir, Ahmad Khatib, Taher Jalaludin (beberapa nama saja) mereka merupakan permata keilmuan Islam.



Kemudian lihatlah dengan jujur di negara lain seperti China yang terdapat 1.3 bilion jiwa malah majoritinya bukan sahaja melanggar perintah Tuhan, malah menolak wujudnya Tuhan! Mengikut hukum yang selalu diceramahkan, patutnya negara China, Amerika dan Eropah yang selayaknya dilanda gempa berulang-ulang, bukan bumi kelahiran ulama Hamka dan wali-wali Songo. Memang gempa itu kerja Allah, namun adakah wilayah Eropah merupakan kesayangan Allah di bumi? Di sinilah kita semua wajib jujur dalam menilai dan menyampaikan maklumat agar penderitaan sebangsa ini tidak dijadikan bahan kutukan pula sampai akhir zaman.


Sekalipun belum reda perasaan anti-Malaysia di Indonesia, malah Menteri Luar Datuk Anifah Aman mengatakan media di sana tidak sependirian dengan dasar pemerintahnya yang mesra Malaysia, rakyat Malaysia sayangkan rakyat Indonesia. Umpama sepohon mangga yang banyak buahnya, anak-anak akan mengambil batu dan kayu melempar ke pohon mangga, tetapi pohon mangga menggugurkan buah-buah mangga untuk menggembirakan anak-anak di bawahnya!


Ada saja gempa bumi umpama di Atjeh, Jogjakarta, Bantul, Bandung dan Padang, rakyat Malaysia akan menghulur jutaan ringgit untuk meringankan beban derita kehilangan sandang pangan. Terpulanglah kepada sahabat dan saudara di Indonesia (khasnya yang memegang bamboo runcing) untuk menilai apa sikap rakyat Malaysia ini. Sampai sekarang organisasi-organisasi dari Malaysia sangat prihatin dengan rakyat Atjeh sejak bencana tsunami ganas itu. Ada saja tanda simpati sebagai ole-ole dibawa ke hujung Sumatera itu.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan