Halaman

Ahad, November 25, 2018

BAGAIMANA nabi bertahlil arwah?

BERAGAMA dan menata jalan hidup,  muslim tiada pilihan kecuali menuruti Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Itu berarti, tiada peluang masih menyimpan amalan ibadah yang tidak jelas sumbernya,  kendatipun kita hanya mengatakan "ini sudah turun temurun dan mantap dalam kalangan kita".

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” [Ali ‘Imran: 31]

Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H): “Ayat ini adalah pemutus hukum bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah namun tidak mau menempuh jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang itu dusta dalam pengakuannya tersebut hingga ia mengikuti syari’at dan agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua ucapan dan perbuatannya.” [Tafsir Ibnu Katsir, cetakan Darus Salaam]

Setelah para kiyai kita mengatakan,  "ya betul tahlilan itu tiada pada jaman Nabi,  tapi kebiasaan ibadah ini sangat lama", mahu memilih apa kita? 

Kerap kita berpikir,  "rugi waktu yang ada tidak dibikin tahlilan", sekalipun kiyai ada menyatakan cinta Nabi itu nerima dengan polos daripada Kanjeng Nabi. Ada diambil,  tiada...., maka kita tidak membuat yang baru. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan