Semoga Allah mendamaikan mereka |
MALAM ini khabarnya bernisfu Syaaban, tidak ada
komentar mengenainya. Jika dicatat sunah atau tidak pun bagaikan begitulah
keadaannya. Kata orang, masyarakat
muslim kita lagi punya banyak masalah, malah besar-besar.
Ya, perselisihan pendapat, berkelompok tertentu
atas nama suku kaum atau partai politik, malah antara individu yang berpengaruh
besar. Saban hari mereka saling mengeluarkan perkataan atau kenyataan yang
menuduh sebelah sana sebagai salah dan tidak dapat dimaafkan. Selagi ‘lawannya’
belum jatuh, selagi itulah berhari-hari mengumbarkan sindiran, kritikan dan
amarahnya. Maka hari-hari orang awam
mengikuti perdebatan dan ‘perkelahian’ sesama muslim. Dan drama perpecahan di mana-mana
diperhatikan oleh kaum bukan muslim sama ada dengan keheranan atau senyuman.
Apa pun punca dan puncaknya, Islam mengharamkan
perbalahan, perdebatan terbuka dan perkelahian sekali pun dalam ‘wacana-wacana’
akhbar atau media internet. Perasaan
umat yang memihak saling terbakar dan seperti menunggu masa untuk beradu secara
fisikal pula.
Mula-mula berbeda pedapat. Kemudian berselisih bicara dan menanjak
kepada perang mulut. Mereka saling gelar-mengelar untuk memburukkan yang tidak
disukainya. Apa kata Islam hal menggelar
orang yang buruk-buruk?
Maksud
firman Allah: “Janganlah kamu saling
mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik)
setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah
banyak daripada prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara
kamu yang menggunjing sebahagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.
"(QS. Al-Hujurat: 11-12).
Walhal antara sesama muslim adalah bersaudara.
Bersaudara umpama punya ikatan darah dalam sebuah keluarga. Menjadi lumrah
kasih sayang dalam keluarga itu utuh dan saling rindu antara satu sama lain.
Maka begitulah sepatutnya antara sesama muslim yang Allah nyatakan sebagai bersaudara.
Maksud firman Allah: "Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat
rahmat." (QS.al-Hujurat: 10).
Sungguh, tidak menyertai perkelahian mereka juga
sudah termasuk dalam mendamaikan jiwa-jiwa yang berceranggah kerna jika kita
menyertai salah satu pihak, pasti api kemarahan menjadi besar. Dengan mengasingkan diri daripada salah satunya,
kita memberi isyarat tidak menyertai perselisihan mereka dalam umah.
Maksud sabda Rasulullah s.a.w. " Seorang mukmin terhadap mukmin yang
lainnya seperti bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lain." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan