Halaman

Jumaat, Februari 15, 2013

MEMERIAHI hidup dengan prasangka, tajassasu dan umpat


FIRMAN Allah dalam ayat 12 surah al-Hujurat (artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan daripada prasangka, kerna sesungguhnya sebagian daripada prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing (mengumpat) sebagian yang lain.  Apakah suka seseorang antara kamu memakan  daging saudaranya yang sudah mati?  Maka jijiklah kamu memakannya.  Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah penerima taubat lagu maha penyayang.”


Saya  cuplikkan sebagaian daripada yang tercatat dalam Tafsir al-Azhar berkenaan ayat di atas.

Pertama: Prasangka adalah tuduhan yang tidak beralasan, atau tohmah. Sabda Nabi s.a.w. “Tidak halal bagi seseorang muslim menjauhi saudaranya lebih daripada tiga hari.” HR Muslim)

Kedua:  Prasangka adalah dosa, dan akan menyebabkan berlakunya kejadian lain yang lebih buruk.  Sabda Nab s.a.w. “Tiga perkara yang membawa krisis dalam umatku, memandang kesialan, dengki dan buruk sangka.” (HR At-Tabrani)

Ketiga: Pemerintah tidak boleh merasa cemburu kepada rakyat, kemudian menyangka bukan-bukan terhadap rakyatnya.  Oleh kerna pemerintah mempunyai mekanisme, maka ditubuhkan badan-badan perisikan untuk mencari-cari apa yang disangka buruk, dilakukan oleh rakyat.  Akhirnya banyak penangkapan dan soalsiasat terhadap rakyat sehingga rakyat menjadi gerun.  Sabda Nabi s.a.w. “Sesungguhnya seorang pemegang pemerintahan apabila dia sudah mula ragu-ragu terhadap manusia, nescaya dirosakkannya manusia itu.” (HR Abu Dawud)

Keempat:  Menggunjing (mengumpat) ialah membuka malu (aib) seseorang sedangkan orang yang dijadikan bahan cerita tidak ada di depannya.

Komentar saya: dalam kepesatan teknologi komunikasi hari ini,  kerja berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain dan mengumpat keji orang semakin luas tersebar.  Jika dikatakan maklumat di hujung jari, maka fitnah dan dosa juga di hujung jari.  Orang, mungkin disebabkan fanatik atau taksub dengan mudah percaya lantas menyebarkan kepada sekian banyak manusia.  Maka berlakulah penyebaran malu, berita dusta dan umpat keji (yang dijadikan bahan tawa) sekalipun dalam masyarakat yang mendakwa beriman kepada Allah.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan